Realisasi luas tanam padi di Kulon Progo mencapai 841 hektare

id Tanam padi,Kulon progo

Realisasi luas tanam padi di Kulon Progo mencapai 841 hektare

Ilustrasi - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo melakukan modernisasi sektor pertanian, seperti penggunaan alat tanam bermesin untuk mempermudah petani. ANTARA/Sutarmi

Kulon Progo (ANTARA) - Realisasi luas tanam padi di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta,  hingga pekan lalu baru mencapai 841 hektare dari target 2.494 hektare pada September 2019.

"Rendahnya capaian luas area tanam padi ini disebabkan petani saling menunggu saat olah tanah dan tanam padi," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha di Kulon Progo, Minggu.

Ia mengatakan kecamatan yang memasuki masa tanam pertama, yakni Kalibawang seluas 789 hektare terealisasi 153 hektare, Nanggulan 420 hektare terealisasi 147 hektare, Lendah seluas 394 hektare terealisasi 341 hektare, dan Galur 711 hektare terealisasi 200 hektare.

Selanjutnya, di Kecamatan Panjatan seluas 299 hektare, Samigaluh 75 hektare, dan Girimulyo seluas 50 hektare. Di tiga kecamatan ini belum melakukan tanam padi dengan alasan masih melakukan olah tanah.

"Data itu satu minggu lalu. Kami optimistis sampai 30 September besok sudah selesai semua ditanami padi," katanya.



Menurut dia, mundurnya masa tanam padi ini disebabkan oleh petani dan ketersediaan air. Petani selalu mengulur waktu pengolahan tanah dan bercocok tanam. Mereka saling menunggu, sehingga masa tanam mandur.

Dari sisi ketersediaan air, memang ada sedikit kekurangan karena debit Sungai Progo turun, sehingga air yang dialirkan di Irigasi Kalibawang dan Bendung Sapon ke area lahan pertanian sedikit kurang.

"Sebenarnya, petani tidak harus saling menunggu, ketika sudah ada air langsung olah tanah dan tebar benih. Setelah itu, ditanami padi," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Tananam Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Tri Hidayatun mengatakan ketersediaan alat pertanian berupa traktor roda dua milik kelompok cukup tersedia. Hanya saja, petani saling menunggu sehingga menyebabkan masa tanam mundur.

"Traktor di kelompok tani banyak, seharusnya tidak ada alasan untuk masa tanam mundur," katanya.