BPBD: pembangunan rumah relokasi dimulai minggu kedua Oktober

id pembangunan rumah relokasi,relokasi warga di daerah rawan bencana,relokasi warga Bantul

BPBD: pembangunan rumah relokasi dimulai minggu kedua Oktober

Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto (Foto ANTARA/Hery Sidik)

Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengharapkan proses pembangunan puluhan rumah untuk program relokasi warga yang tinggal di daerah rawan bencana di daerah itu bisa dimulai pada minggu kedua Oktober 2019.

"Kalau terkait dengan proses pembangunan itu sekarang sudah ditetapkan pemenangnya sehingga diharapkan pada minggu kedua (Oktober) ini sudah mulai diproses untuk pembangunan rumahnya," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul Dwi Daryanto di Bantul, Rabu.

Menurut dia, pada tahun 2019, organisasi perangkat daerah (OPD) ini mendapat dana dari pemerintah untuk membangun sebanyak 40 rumah untuk ditempati warga yang tinggal di daerah rawan bencana, lokasi rumah tidak jauh dari rumah penduduk, namun aman dari bahaya.

"Sehingga saya berharap nanti di awal Desember sudah selesai semua pembangunan 40 unit yang tersebar di empat lokasi, diantaranya di Desa Selopamioro, di Desa Sriharjo dan di Desa Karang Tengah Imogiri, total ada 40 rumah," katanya.

Menurut dia, pemerintah daerah tiap tahun juga akan berupaya merelokasi kepala keluarga yang tinggal di zona merah, namun dilakukan secara bertahap menyesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.

Sementara itu, Sekretaris BPBD Bantul Muhammad Baried mengatakan, bahwa di wilayah Bantul masih ada sekitar 100 sampai 150-an keluarga yang tinggal di seluruh zona merah, semua yang berada di zona merah itu nanti secara bertahap akan direlokasi.

Menurut dia, seratusan keluarga yang tinggal di zona merah bahaya itu sebagian besar ada di wilayah Kecamatan Imogiri dan Dlingo, yang mana bermukim di lereng tebing yang berpotensi longsor ketika musim hujan.

Dia mengatakan, keluarga yang masih tinggal di zona merah itu karena beberapa faktor diantaranya sudah sejak lama tinggal di kawasan itu dan merupakan tanah satu-satunya yang dimiliki dan tidak punya tempat tinggal lain.

"Makanya bertahap, karena masyarakat sendiri ketika tidak ada bencana susah kita relokasi, biasanya ketika ada kejadian baru bisa. Kendalanya hanya punya tanah di situ, sehingga mau pindah agak sulit, apalagi sudah sejak dulu di situ," katanya.