SMPLB Krida Mulya Gunung Kidul menggelar peragaan busana batik

id Pagelaran batik,Gunung Kidul

SMPLB Krida Mulya Gunung Kidul menggelar peragaan busana batik

Siswa Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Krida Mulia Rongkop, Kabupaten Gunung Kidul, membantik. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Krida Mulia Rongkops di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu menggelar peragaan busana batik hasil karya siswa dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional.

Peragaan busana batik hasil karya siswa diperagakan oleh 10 murid. Mereka berlenggak-lenggok di atas panggung yang dibuat di area halaman sekolah. Kebanyakan dari mereka adalah tuna rungu. Berbeda dengan penonton pada umumnya, saat para model naik panggung mereka melambaikan tangan sebagai pengganti tepuk tangan.

Sesekali penonton lupa masih bertepuk tangan saat menyambut model yang bergantian naik turun panggung, panitia segera mengingatkan bahwa cara memberikan apresiasi kepada anak tuna rungu bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan melambaikan tangan ke atas.

Guru pendamping siswa Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Krida Mulia Wagiyono mengatakan batik merupakan unggulan dari SLB Krida Mulia, dan sejak 2012 pelajaran membatik sudah diajarkan kepada para peserta didik, namun pada saat itu alat yang digunakan adalah alat ala kadarnya.

"Semangat anak-anak di sini luar biasa. Mereka mau belajar batik walaupun dengan alat yang sederhana. Difabel banyak jenisnya, kalau tuna rungu dan wicara itu masih bisa, tetapi jika tuna grahita tidak bisa kami paksa untuk membatik," kata Wagiyo.

Ia mengatakan langkah-langkah anak-anak membatik, yakni pertama anak-anak menggambar pola sederhana dengan menggunakan pensil pada sebuah kain, lalu setelah itu anak-anak membatik dengan menggunakan canting.

Menurut dia, penyandang tuna grahita kalau berpikir lambat dan sangat tergantung dengan suasana hatinya. Jika suasana hatinya tidak baik, maka sulit untuk diajarkan membatik. Untuk itu pihak sekolah tidak mengajarkan pelajaran batik bagi siswa tuna grahita.

"Untuk tuna grahita kami ajarkan keterampilan lainnya, seperti membuat keset," katanya.

Setelah sesi peragaan busana, murid SMPLB Krida Mulia mempraktikkan bagaimana cara membuat sebuah batik. Satu per satu siswa dicolek guru pendamping untuk memulai demo membatik. Mereka menggunakan celemek agar baju seragam tidak kotor terkena malam yang digunakan untuk membatik.

Sambil menunggu malam atau lilin yang digunakan untuk membatik mereka didampingi untuk memilih canting. Guru pendamping memberikan dua lembar kain berukuran kecil yang digunakan untuk mengetes apakah malam sudah bisa digunakan untuk membatik atau belum.

Setelah malam benar-benar mencair mereka mencelupkan canting dan segera membatik pada sebuah kain yang cukup besar ukurannya. Sebelumnya mereka telah membuat sebuah pola pada sebuah kain, pola digambar dengan menggunakan pensil.

"Kesulitannya saat mulai menggambar di kain, karena malam gampang meluber di sekitar gambar itu yang membuat sulit, tetapi saya tetap berusaha untuk merapikan batik hasil karya saya," kata satu di antara murid pembantik, Venti Oktaviani.