Penurunan obesitas kurangi kemungkinan melahirkan bayi cacat

id kesehatan

Penurunan obesitas kurangi kemungkinan melahirkan bayi cacat

Wanita penderita obesitas yang melakukan operasi bypass lambung (GBP) sebelum hamil cenderung memiliki kemungkinan lebih rendah melahirkan bayi cacat daripada wanita yang tidak dioperasi, (reuters.com)

Baik obesitas maupun kadar gula darah yang kurang terkontrol dikaitkan dengan peningkatan risiko cacat lahir.
Yogyakarta (ANTARA) - Wanita penderita obesitas parah yang melakukan operasi bypass lambung (GBP) sebelum hamil cenderung memiliki kemungkinan lebih rendah untuk melahirkan bayi yang cacat dibanding dengan wanita yang tidak menjalani operasi, menurut penelitian baru seperti dikutip reuters.com.

Seperti yang dilaporkan di JAMA, para peneliti telah menguji data 33.000 wanita dengan riwayat obesitas parah yang sudah melahirkan, termasuk 2.921 orang yang telah melakukan operasi bypass lambung sebelum pembuahan. Hasilnya, angka bayi cacat lahir pada wanita yang pernah melakukan operasi tersebut tercatat 3,4 persen, lebih rendah dari wanita yang tidak melakukan operasi yang sebesar 4,9 persen.

Perubahan pada berat badan (BB) dan kandungan gula darah mungkin menjadi salah satu penyebabnya, kata ketua peneliti, Martin Neovius dari Karolinska Institute di Stockholm.

“Baik obesitas maupun kadar gula darah yang kurang terkontrol dikaitkan dengan peningkatan risiko cacat lahir,” ujar Neovius melalui email. “Artinya semakin parah obesitas anda, semakin besar risiko cacat lahir, dan semakin buruk kadar gula darah anda, semakin besar risiko melahirkan bayi cacat.”

Pada kelompok wanita yang dioperasi, awalnya mereka memiliki indeks massa tubuh (BMI) 43,5 dengan BB 122 kilogram. Setelah operasi, rata-rata berat badan mereka turun menjadi 82 kilogram (sebelum kehamilan).

Baca juga: Sekolah sehat diharapkan menumbuhkan kesadaran menjaga kesehatan lingkungan

Sebelum operasi, 9,7 persen dari wanita tersebut mengonsumsi obat untuk diabetes. Namun pada periode 6 bulan sebelum kehamilan, hanya 1,5 persen yang mengonsumsi obat diabetes.

Cacat pada jantung tercatat 60 persen dari wanita dengan GBP. Tidak ada bayi di kelompok ini yang mengalami cacat syaraf, sementara tercatat 20 kasus cacat syaraf pada wanita tanpa GBP.

Untuk penelitian ini, peneliti menguji data kelahiran tunggal di Swedia sekitar 2007 hingga 2014.

Semua operasi penurunan berat badan merupakan prosedur yang dikenal dengan  Roux-en-Y gastric bypass, di mana sebuah kantung seukuran telur dibuat di bagian atas lambung. Setelah dibentuk, kantung tersebut dihubungkan dengan ujung usus halus sehingga makanan akan langsung masuk ke sana tanpa melewati lambung dan bagian depan usus halus.

Kelemahan dari penelitian ini adalah data yang masuk hanya data kelahiran hidup, tidak termasuk keguguran, aborsi, dan kematian saat lahir. Mungkin saja hasilnya akan mengesampingkan cacat dengan tidak memasukkan data kehamilan tersebut, paling tidak beberapa kehaliman itu harus berakhir karena bayi yang cacat lahir cenderung sulit bertahan hidup.

Obesitas dapat menyebabkan kemandulan, ucap Dr Brian Smith, dari UC Irvine Health dan kepala bagian operasi di VA Long Beach Healthcare System.

“Banyak wanita memilih untuk menjalani operasi penanganan obesitas untuk mempermudah kehamilan atau mengatasi polycystic ovary syndrome, penyumbang terbesar kemandulan,” Smith melalui email.

“Tingkat kecacatan yang lebih rendah sepertinya menjadi manfaat lain dari operasi penurunan BB (terutama GBP), dan wanita yang ingin hamil serta melakukan operasi tersebut perlu mempertimbangkan untuk menunda kehamilan hingga mendapatkan hasil yang berarti dan berat badan mereka stabil,” ujar Smith.

Akan tetapi, penurunan berat tanpa operasi juga berdampak baik.

“Kami juga dapat mengambil kesimpulan bahwa penurunan berat badan tanpa operasi mungkin memiliki manfaat yang sama dalam mengurangi risiko cacat lahir, jika para wanita dapat mengatur kadar gula darah mereka melalui diet dan olahraga,” imbuh Smith.

 
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024