LIPI Gunung Kidul dampingi produsen jamu tingkatkan daya saing global

id LIPI Gunung Kidul,Jamu tradisional,Gunung Kidul

LIPI Gunung Kidul dampingi produsen jamu tingkatkan daya saing global

Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Kabupaten Gunung Kidul melakukan inovasi untuk mendukung industri jamu supaya dapat bersaing di pasar global adalah dengan membuat jamu sebagai minuman instan, lalu terkait standar. (Foto ANTARA/Gunung Kidul)

Gunung Kidul (ANTARA) - Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendampingi pelaku usaha kecil menengah yang memproduksi jamu tradisional di wilayah tersebut agar mampu bersaing secara global.

Kepala Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BTBA LIPI) Gunung Kidul Satriyo Krido di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan saat ini, produk-produk herbal seperti jamu dari negara lain banyak masuk ke Indonesia, sehingga pengusaha-pengusaha kecil yang bergerak di bidang jamu dituntut untuk dapat bersaing.

"Saat ini, kita memasuki era pasar global sebagian orang bahkan menilai Indonesisa masuk ke industri 4.0. Jangan sampai kita masyarakat Indonesia lupa akar budaya, jamu merupakan warisan budaya, sehingga harus bisa bersaing secara global," kata Satriyo.

Saat ini, LIPI Gunung Kidul melakukan inovasi untuk mendukung industri jamu supaya dapat bersaing di pasar global adalah dengan membuat jamu sebagai minuman instan, lalu terkait standar.

Yakni, bagaimana membuat tanaman itu diekstrak dan terstandar itu beberapa yang kita lakukan untuk mendorong industri jamu bisa bersaing di tingkat global.

Menurut dia, industri jamu harus berani bersaing, tak hanya dengan industri jamu lokal tetapi juga harus bisa bersaing di tingkat global. Ia meyakini industri jamu dari Gunung Kidul mampu bersaing dengan usaha-usaha besar.

"Kami akan menyelenggarakan seminar yang didalamnya akan menemukan pengusaha jamu kecil dengan perusahaan besar ini dapat menularkan ilmunya, seperti standar produksinya dan teknologi dasarnya," katanya.

Namun demikian, Satriyo mengakui produk industri kecil ini terkendala dalam standarisasi seperti memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), sedangkan untuk ekspor harus bisa memenuhi volume besar sedangkan UMKM saat ini baru bisa memenuhi dalam skala volume kecil.

"SNI jamu memang masih banyak yang belum terstandar, semua harus dilakukan karena kita harus bersaing. Namun kita tidak bisa berdiam diri ketika dibombardir dengan produk-produk luar," katanya.

Bupati Gunung Kidul Badingah mengatakan sangat penting aspek Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengusai IPTEK, sehingga mampu mengembangkan wilayah.

"Kami dukung bagaimana memanfaatkan inovasi yang dibuat sehigga berdaya guna . Industri 4.0 tidak hanya wacana kita tidak bisa menghindari tetapi kita harus mampu beradaptasi. Semaksimal mungkin kami harapkan momentum perkembangan IPTEK kita manfaatkan bersama," katanya.