PDAM Gunung Kidul miliki "PR" tingkatkan kualitas air konsumsi masyarakat

id PDAM Tirta Handayani,Gunung Kidul

PDAM Gunung Kidul miliki "PR" tingkatkan kualitas air konsumsi masyarakat

BPBD Gunung Kidul hingga saat ini masih mendistribusikan air bersih kepada masyarakat. Meski prediksi BMKG, hujan akan mengguyur di wilayah ini, namun belum turun hujan dengan intensitas tinggi. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Handayani di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki pekerjaan rumah meningkatkan kualitas air konsumsi yang dialirkan kepada masyarakat pada musim hujan karena ada penurunan kualitas.

Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Isnawan Fibrianto di Gunung Kidul, Minggu mengatakan banjir dipicu hujan deras mengakibatkan sungai bawah tanah berubah warna menjadi pekat.

Dari hasil pemetaan, sedikitnya ada dua sumber air dengan debit besar terancam tidak layak dikonsumsi, yakni mengganggu kejernihan sumber air Seropan, Kecamatan Semanu, dan sumber Baron, Kecamatan Tanjungsari.

"Di Seropan dan Baron, sungai bawah tanah. Kalau hulu hujan biasanya sampai hilir keruh. Kami mengupayakan air yang dikonsumsi masyarakat tidak keruh dan kualitas air dapat dipertahankan. Kami mengupayakan air tetap dapat dialirkan, dan air tetap bersih," katanya.

Ia mengatakan berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kebutuhan air pelanggan selama musim hujan cenderung menurun. Warga banyak memanfaatkan air tadah hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Di Seropan sebenarnya ada enam mesin pompa, namun tidak menutup kemungkinan tiga diantaranya akan dimatikan terlebih dahulu. Hanya ada tiga pompa nantinya tetap bisa difungsikan atau diolah.

“Jadi, sumber-sumber air yang ada nanti dioptimalkan. Sementara sumber air yang keruh ada upaya untuk penjernihan," katanya.

Solusi lain jangka pendek ada 4 titik yang direvitalisasi. Yakni sumber Gombang debit 40 liter tiap detik, Bribin 25 liter per detik, Karangrejek 30 liter tiap detik dan Tawarsari 7 liter per detik. Untuk sumber Gombang dan Bribin 65 liter per detik mensuplai wilayah Rongkop, Tepus dan sekitarnya.

Kemudian Karangrejek dan Tawarsari memperkuat layanan di dalam Kota Wonosari. Debit 37 per detik akan mensuplai 2.960 KK atau 14.800 jiwa. Semula tidak menyala 24 jam sekarang sudah on.

“Revitalisasi 4 sumber air akan menambah suplai air bersih 8.160 KK atau 40.800 jiwa," katanya.

Secara rinci tambahan untuk Kota Wonosari dan sekitarnya 5.200 KK atau 26.000 jiwa, sedangkan Gombang dan Bribin dapat memasok ke Rongkop dan Tepus untuk 5.200 KK atau 26.000 jiwa.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Gunung Kidul Heri Nugroho mengatakan sebagai salah satu penyangga kebutuhan air warga, PDAM Tirta Handayani harus fokus mengatasi persoalan air bersih.

“Dukungan anggaran saya kira sudah cukup. Kami minta PDAM Tirta Handayani harus membuat terbosan sumber mata air baru. Kalau kebutuhan anggaran besar dan tidak bisa ditanggung APBD kabupaten, diajukan ke provinsi atau pusat," katanya.

Ia mengatakan persoalan kekurangan air bersih masih menjadi pekerjaan rumah setiap tahunnya. Kekeringan di mana-mana, jumlah warga terdampak sangat banyak. Pemkab melalui Bappeda atau OPD terkait harus membuat kajian sumber mata air baru yang bisa diangkat atau dimanfaatkan.

"Gunung Kidul ini memiliki sumber mata air bawah tanah yang cukup banyak, tapi kenapa tidak ada kajian khusus supaya air tersebut bisa diangkat dan dapat mencukupi kebutuhan air masyarakat," katanya.