Kulon Progo wacanakan mengembangkan agrowisata kawasan pesisir selatan

id Kulon Progo,agrowisata,agrowisata kawasan pesisir

Kulon Progo wacanakan mengembangkan agrowisata kawasan pesisir selatan

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mewacanakan mengembangkan agrowisata di kawasan pesisir selatan untuk menangkap peluang peningkatan ekonomi petani dengan adanya bandara baru Yogyakarta International Airport.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha di Kulon Progo, Sabtu, mengatakan pertanian lahan pasir yang terletak di sepanjang jalur jalan lintas selatan (JJLS) memiliki posisi strategis dengan adanya Bandara Internasional Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA) yang diproyeksikan penumpangnya mencapai 14 juta per tahun.

"JJLS merupakan salah satu akses jalan menuju bandara, sehingga rencananya akan kami kembangkan bersama kelompok dan petani, pertanian lahan pasir ini bisa menjadi agrowisata," kata Aris.

Lahan pasir yang ada di pesisir selatan Kulon Progo memiliki panjang sekitar 20 kilometer. Lahan pasir menjadi sentra tanaman hortikultura, seperti semangka, melon, cabai, dan aneka sayuran. Selain itu, pesisir selatan juga menjadi sentra budi daya tambak udang. Hal ini dapat dikembangkan dengan bagus dan sinergis, dan didukung pantai yang indah.

Ia mengatakan ke depan, pertanian lahan pasir ini tidak hanya ditanami komoditas cabai, melon, semangka, kelengkeng dan sayur-sayuran, tapi akan dikemas sebagai agrowisata. Agrowisata ini akan dipadukan dengan wisata pantai.

Pengunjung atau wisatawan dapat memetik cabai dan aneka tanaman hortikultura lainnya, dan melihat pantai.

"Pengembangan wisatanya tidak muluk-muluk, nanti akan kami coba mengembangkan dengan percontohan. Nanti akan kami tata dengan dibangun jalan usaha tani, disela-selanya ditanami dengan bunga-bunga mulai bunga matahari dan celosia. Nanti ditata sedemikian rupa, dan dipromosikan menggunakan media sosial dan dibangun titik-titik swafoto," katanya.

Menurut dia, pengembangan agrowisata ini memiliki nilai tambah sangat tinggi bagi petani. Ia mencontohkan, wisata berbasis pertanian yang sudah berjalan dan mampu mendongkrak ekonomi petani dan masyarakat sekitar, yakni agrowisata Ngestiharjo di Kecamatan Wates. Mereka tetap menjalankan usaha tani, tapi ada nilai tambah lain dengan adanya agrowisata.

"Di sana ada lahan cabai yang dipadu dengan tanaman bunga dan disediakan tempat swafoto. Biaya pengelolaan dan biaya lain bisa ditanggung dengan adanya kunjungan wisatawan. Ini memang membutuhkan tahapan yang perlu adanya kerja sama yang bagus," katanya.

Salah satu petani lahan pasir, Widodo sangat mendukung rencana Dinas Pertanian dan Pangan tersebut. Menurutnya, agrowisata ini akan menjadi penggerak ekonomi petani, selain bertani tanaman hortikultura.

Ia mengatakan petani sudah berusaha dengan menanam bunga dan membuat titik swafoto, namun belum berjalan dengan baik.

"Semoga dengan adanya program Dinas Pertanian dan Pangan dapat mempercepat agrowisata yang dirintis petani," harapnya.