Universitas NU Yogyakarta adakan bedah buku Islam Berkebudayaan

id Bedah buku

Universitas NU Yogyakarta adakan bedah buku Islam Berkebudayaan

Bedah buku Islam Berkebudayaan di Aula Pesantren Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Yogyakarta (Foto ANTARA/Hery Sidik)

Bantul (ANTARA) - Lembaga Pengkajian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Nahdhatul Ulama Yogyakarta adakan kegiatan membedah buku berjudul Islam Berkebudayaan sebagai upaya membangun kesadaran masyarakat atau publik bahwa Islam itu menjadi bagian dari kebudayaan nusantara.

Bedah buku Islam Berkebudayaan yang digelar di Aula Pesantren Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Yogyakarta Jalan Bantul, pada Senin (25/11) itu selain menghadirkan pembedah Achmad Munjid, Akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), juga penulis buku tersebut M. Jadul Maula.

Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Nahdhatul Ulama (LPPM UNU) Yogyakarta Muhammad Mustafid mengatakan, buku Islam Berkebudayaan itu dideskripsikan sebagai buku yang merefleksikan pergulatan antara Islam dan kebudayaan, Islam dan nusantara, Islam dengan politik dan sejarah panjang ke-Indonesiaan.

"Buku ini menjadi penting untuk dibedah di tengah ketegangan yang ada di masyarakat baik ketegangan antara islam dan politik, islam dan negara dan juga wacana semacam formalisasi islam yang mengancam desintegrasi sosial, desintegrasi kebangsaan dan juga desintegrasi politik di Indonesia," katanya.

"Goalnya membangun kesadaran publik tentang Islam itu bagian dari kebudayaan nusantara, Islam menjadi kekuatan untuk membentuk kebudayaan nusantara, dan Islam harus dikembalilan sebagai gerakan atau strategi kebudayaan baik di level perilaku personal, perilaku politik maupun inspirasi proses-proses politik ekonomi Indonesia," katanya.

Sementara itu, penulis buku Islam Berkebudayaan M. Jadul Maula mengatakan bahwa bukunya tersebut merupakan kumpulan dari tulisannya sejak 1996. Buku itu dikeluarkan untuk menyikapi munculnya pemahaman islam yang hanya diukur dari sisi syari'ah.

"Sangat fatal, bila hasil pemikiran bertahun-tahun dinilai salah ketika diukur dengan syari'ah," kata pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Kali Opak Piyungan Bantul yang juga mantan Ketua Lesbumi ini.

Sedangkan Achmad Munjid mengatakan, melalui buku ini, Jadul Maula ingin memunculkan kembali budaya lokal yang lahir sebelum agama masuk ke nusantara. Budaya lokal yang memiliki kearifan lokal yang terus terpinggirkan saat ini sebenarnya tidak bertentangan dengan agama.

Namun, kata dia, budaya lokal tersebut justru dapat memunculkan kesan ramah dan arif bagi agama. Karena itu dengan munculnya kembali budaya lokal, sebenarnya dapat menjadi solusi bagi munculnya masalah akibat gesekan agama dan budaya.

"Sayangnya terdapat pihak-pihak yang  sengaja menentang munculnya kembali budaya lokal ini," kata Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM ini.