BBPOM DIY menemukan makanan berformalin di Pasar Argosari

id Makanan berformalin,Pasar Argosari,Gunung Kidul

BBPOM DIY menemukan makanan berformalin di Pasar Argosari

Petugas BBPOM DIY melakukan uji laboratorium terhadap 13 jenis makanan di Pasar Argosari, Gunung Kidul. BBPOM menemukan teri nasi, ikan asin, dan cumi positif mengandung formalin. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Daerah Istimewa Yogyakarta menemukan tiga jenis makanan mengandung bahan berbahaya yakni formalin di Pasar Argosari Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul.

Salah seorang petugas dari Bidang Informasi dan Komunikasi, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) DIY Wulandari di Gunung Kidul, Senin, mengatakan BBPOM mengambil 13 sampel makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat untuk dilakukan uji laboratorium.

Dari belasan sampel makanan yang diambil tersebut ialah jenis klanting, teri nasi, cumi, ikan asin, tahu, bakso, roti moho, dan beberapa jenis lainnya.

"Setelah dilakukan uji laboratorium, dari jumlah tersebut didapati tiga makanan yang positif mengandung zat berbahaya jenis formalin. Tiga makanan yakni teri nasi, ikan asin, dan cumi positif mengandung formalin,” kata Wulandari.

Tiga bahan makanan yang mengandung formalin ini diduga beredar luas dan sering dikonsumsi oleh masyarakat Gunung Kidul.

Ia menjelaskan formalin merupakan bahan yang sebenarnya tidak diperuntukkan bagi makanan. Pasalnya zat ini digunakan untuk pengawet mayat. Jika seseorang terlalu sering mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin dapat berdampak pada kesehatan dan memicu penyakit kanker.

Meski ada temuan zat berbahaya pada makanan yang masih beredar, Wulandari menyebut bahwa saat ini kesadaran pedagang dan produsen sudah ada perbaikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kalau berkaca pada setiap operasi yang dilakukan, memang masih selalu ditemui makanan yang mengandung pewarna berbahaya ataupun jenis lainnya.

"Biasanya kami temui makanan yang mengandung pewarna tekstil. Untuk kali ini nihil, dari hasil pengecekan kerupuk berwarna dan makanan berwarna lainnya sudah mulai menggunakan pewarna makanan. Temuan bleng pun juga nihil,” kata dia.

Dengan dilakukannya kegiatan ini diharapkan menggugah kesadaran masyarakat dan produsen dalam penggunaan campuran makanan. Misalnya agar lebih awet bisa menggunakan campuran kanji atau menggunakan bahan yang aman lainnya.

Ia juga mengimbau pada masyarakat untuk lebih jeli dalam membeli makanan. Sekiranya makanan tersebut warnanya mencolok patut dicurigai dimungkinkan mengandung pewarna tekstil. Kemudian seperti bakso, tahu atau makanan lain yang tidak mudah hancur dimungkinkan pula mengandung formalin yang digunakan agar dagangan awet serta tahan lama.

"Terhadap penjual udah kami lakukan pembinaan. Tapi kalau untuk produsen, kami agaknya kesulitan dalam pelacakan, karena mayoritas disetor dari luar daerah. Kalau alamatnya jelas tentu dari BBPOM akan melakukan sidak ke lapangan,” kata Wulandari.
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024