BPBD Gunung Kidul belum memiliki peta sungai bawah tanah

id Sungai bawah tanah,Tanah ambles,Gunung Kidul

BPBD Gunung Kidul belum memiliki peta sungai bawah tanah

Fenomena tanah ambles di Kabupaten Gunung Kidul mulai meresahkan warga. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum memiliki peta sungai bawah tanah yang berpotensi menyebabkan tanah ambles di wilayah itu.

Kepala Pelaksana BPBD Gunung Kidul Edy Basuki di Gunung Kidul, Kamis mengatakan peta sungai bawah tanah sebenarnya diperlukan untuk pemetaan kawasan potensi amblesan hingga mencari sumber air bersih.

"Namun sampai saat ini, Pemkab Gunung Kidul, khususnya BPBD, belum memilikinya," kata Edy.

Ia mengatakan Kabupaten Gunung Kidul merupakan kawasan karst dan memiliki banyak sungai bawah tanah. Artinya, Gunung Kidul memiliki potensi air bawah tanah yang melimpah. Namun untuk melakukan pemetaan potensi dan mengangkat air bawah tanah sangat mahal.

"Kebutuhan untuk pemetaan tidak hanya untuk bencana dalam arti amblesan, artinya untuk mencari sumber air titik mana paling tipis. Jadi memang diperlukan," katanya.

Pada Januari 2020 ini, di Gunung Kidul telah dikagetkan dengan adanya empat lokasi sinkhole dan satu tanah ambles. Selama Januari 2020 sinkhole terjadi di Dusun Tlaseh dan Dusun Karangawen, Desa Karangawen, (Kecamatan Girisubo); Satu sinkhole di Sinkhole muncul di Dusun Kandri, Desa Pucung (Kecamatan Girisubo) ; Rekahan tanah di dusun Brongkol, Desa Purwodadi (Kecamatan Tepus); dan Rekahan tanah di Dusun Panggang I, Desa Giriharjo (Kecamatan Panggang).

Data dari BPBD sejak 2017 hingga 2018 terjadi 32 fenomena sinkhole yang tersebar di Kabupaten Gunung Kidul seperti di Kecamatan Semanu, Rongkop, Ponjong, Girisubo, Purwosari, Tanjungsari, Paliyan. Yang terbanyak ada di Rongkop, yakni 18 kejadian sinkhole pada 2018, dan Tahun 2019 tidak ada kejadian karena memang curah hujannya rendah.

"Berdasarkan hasil rapat yang diselenggarakan Balai Besar Wilayah Sungai Sungai Serayu Opak, dengan Dandim 0730/Gunung Kidul kami akan melakukan memetakan sungai bawah tanah di Gunung Kidul dengan menggandeng Tim Geografi UGM," katanya.

Terkait kejadian lahan milik warga Dusun Panggang I, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, yang ambles dan mengancam 21 Kepala Keluarga, Edy mengaku akan berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah lain, dan kebijakan ditangan Bupati.

"Bisa saja direlokasi, namun mereka yang mengajukan mau direlokasi. Surat dari desa diajukan ke Bupati. Namun dengan catatan mau direlokasi," katanya.