BBWS SO menutup permanen "flashing" Selokan Mataram di Desa Maguwoharjo

id Selokan Mataram,Pintu penguras Selokan,DP3 Sleman,Kabupaten Sleman,Sleman

BBWS SO menutup permanen "flashing" Selokan Mataram di Desa Maguwoharjo

Petugas BBWSSO Yogyakarta, bersama DP3 Kabupaten Sleman dan sejumlah petani melakukan penutupan permanen pintu penguras Selokan Mataram di Desa Maguwoharjo karena diduga sering disabotase. (Antara/ Victorianus Sat Pranyoto)

Sleman (ANTARA) - Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS SO) Yogyakarta, Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Sleman dan disaksikan ratusan petani dari Kecamatan Kalasan dan Berbah akhirnya sepakat menutup permanen pintu penguras air atau "flashing" Grojogan Selokan Mataram di Dusun Sanggarahan, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok dengan cara dilas, Senin.

Penutupan permanen dengan cara mengelas roda kemudi kontrol pintu penguras tersebut disaksikan bersama ratusan petani kalasan, pembudidaya ikan.

"Terpaksa dilas karena flashing yang sebelumnya sudah ditutup kembali dibuka oleh oknum kelompok pembudidaya ikan (pokdakan)," kata Ketua Forum Petani Kalasan, Janu Riyanto (40).

Menurut dia, langkah tersebut diambil karena air untuk irigasi pertanian di Kecamatan Kalasan dan Berbah, setelah dibuka beberapa waktu lalu ternyata hanya mengalir selama tigs hari dan kembali mengering.

"Sejak pintu flashing ditutup di pekan ke empat Januari lalu, air sempat mengalir ke Selokan Mataram bagian timur. Air yang sudah mengalir selama tiga hari tiba-tiba kembali tidak muncul dan kembali mengering," katanya.

Kepala Seksi Pelaksana OP Serayu Opak, BBWS SO Yogyakarta Hanugrah Purwadi mengatakan penutupan permanen itu hanya dilakukan sementara untuk mengetahui secara pasti kebutuhan debit air yang digunakan untuk petani di wilayah Sleman Timur.

"Hari ini sama-sama kita saksikan untuk menutup atau menggembok pintu untuk flashing. Tujuannya supaya kita bisa mengetahui sebenarnya debit yang mengalir di Selokan Mataram itu berapa, untuk kebutuhan alokasi air untuk pertanian yang ada di hilir atau Sleman Timur," katanya.

Menurut dia, fungsi utama dari air di Selokan Mataram adalah untuk kebutuhan irigasi tanam pertanian. Setelah kebutuhan air untuk irigasi pertanian tercukupi, barulah sisa air yang ada bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lain seperti perikanan.

"Selama ini tujuan dari pembuatan Selokan Mataram adalah untuk irigasi pertanian kebutuhan pangan. Setelah itu untuk petani ikan, asal masih ada sisa debit yang dipakai untuk perikanan. Kalau itu sisa kenapa tidak dipakai," katanya.

Ia mengatakan, jumlah debit air yang ada di Selokan Mataram saat ini belum sesuai dengan kondisi idealnya. Kondisi itu juga dipengaruhi dari penurunan jumlah debit air jaringan induk di Bendungan Karangtalun.

"Debit Selokan Mataram saat ini karena hujan tidak begitu banyak, di Karangtalun sendiri, terjadi penuruanan debit yang sangat besar. Sekarang hanya sekitar lima sampai enam meter kebik per detik. Pembagiannya 40 ke saluran Van der Wick, 60 persen ke Selokan Mataram," katanya.

Hanugerah mengatakan, dari kondisi inilah pihaknya mempioritaskan penggunaan air kepada sektor pertanian terlebih dahulu.

"Kalau normalnya disini harusnya sembilan sampai 11 meter kubik per detik. Sedangkan debit disini hanya sekitar dua meter kubik per detik. Ini hanya masalah pengaturan, karena cuaca berubah. Sampai kami temukan angka yang aktual, sebenarnya debit di sini berapa yang untuk area pertanian," katanya.

Kepala DP3 Kabupaten Sleman Heru Saptono mengatakan saat ini sebagian petani di Sleman timur sudah mulai melakukan tanam padi.

"Dengan adanya penutupan pintu air kuras ini diharapkan tidak terjadi puso dan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. Dari sini sampai ke Kalasan yang dialiri sekitar 300 hektare di Kalasan. Ini sudah mulai tanam, tapi karena airnya tidak maksimal, nanti dikhawatirkan terjadi puso. Maka kami lakukan dengan pengelasan," katanya.
 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024