Penularan virus corona di China diperkirakan berakhir pada April 2020

id virus corona,perkiraan berakhir,China,April

Penularan virus corona di China diperkirakan berakhir pada April 2020

Rumah Sakit Huoshenshan atau Gunung Dewa Api di Wuhan, China, yang dibangun pada 23 Januari 2020 itu tinggal beberapa hari lagi sudah bisa ditempati. Rumah sakit yang berdiri di atas lahan seluas 25.000 meter persegi itu tersebut bisa menampung 1.000 pasien wabah 2019-nCoV. Pemkot Wuhan juga sedang membangun satu rumah sakit lagi, yakni Leishenshan atau Gunung Dewa Petir yang bisa menampung 1.500 pasien 2019-CoV lainnya. (ANTARA/HO-CD/mii)

Guangzhou, China/Jenewa (ANTARA) - Penularan virus corona di China kemungkinan akan berakhir pada April 2020, kata seorang penasihat medis terkemuka di negara itu, Selasa.

Namun sementara itu, total jumlah korban jiwa telah melebihi 1.000 orang dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan akan ancaman global "yang sangat serius".

Penasihat medis terkemuka China soal wabah tersebut, Zhong Nanshan, mengatakan jumlah kasus baru di beberapa tempat sedang menurun. Ia berharap epidemi itu akan mencapai puncaknya bulan ini.

"Saya berharap wabah ini atau peristiwa ini akan berakhir mungkin pada April," kata Zhong dalam wawancara dengan Reuters.

Zhong adalah pakar penyakit menular yang terkenal karena peranannya dalam memerangi wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (SARS) pada 2003.

WHO mengatakan pada Selasa bahwa 1.017 orang meninggal di China dan negara itu menghadapi 42.708 kasus.

Saham dunia kembali meningkat ke catatan tinggi setelah Zhong mengeluarkan komentar itu pada Selasa. Selain itu, dolar mencapai nilai tertinggi dalam empat bulan belakangan.

Namun, kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kurang menunjukkan rasa optimistis ketika ia meminta berbagai pihak untuk berbagi sampel virus serta mempercepat penelitian soal obat dan vaksin.

"Dengan 99 persen kasus di China, keadaan ini masih sangat darurat bagi negara itu, tapi keadaan itu membawa ancaman sangat serius bagi seluruh dunia," kata Tedros kepada para peneliti yang bersidang di Jenewa.

Hanya 319 kasus ditemukan di 24 negara dan wilayah di luar China, menurut WHO dan para pejabat kesehatan China. Dua orang meninggal, yaitu satu di Hong Kong dan satu lainnya di Filipina.

Sumber: Reuters
 
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024