Siswa TK dan SD Yogyakarta jadi sasaran kampanye pilah sampah

id Sampah,pilah sampah,yogyakarta

Siswa TK dan SD Yogyakarta jadi sasaran kampanye pilah sampah

Siswa dari salah satu SD di Kota Yogyakarta dalam lomba yel-yel Hari Peduli Sampah Nasional sebagai bagian dari kampanye untuk memberikan penyadaran ke warga terkait pemilahan sampah sejak dari sumbernya. (Eka AR)

Yogyakarta (ANTARA) - Ratusan siswa TK dan SD di Kota Yogyakarta menjadi sasaran kampanye pilah sampah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan menarik, seperti lomba mewarnai hingga lomba yel-yel pilah sampah.

“Kesadaran untuk memilah sampah dari sumbernya harus ditanamkan sejak dini sehingga memilih sampah, paling tidak sampah organik dan anorganik sudah menjadi sebuah kebiasaan, sebuah budaya yang dilakukan warga,” kata Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Christina Endang di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, warga Kota Yogyakarta sebenarnya sudah memiliki kesadaran untuk memilah sampah sejak dari rumah tangga menjadi sampah organik dan anorganik, namun masih membutuhkan dorongan dan komitmen yang kuat untuk melakukannya.

“Kesadaran atau pengetahuan bahwa sampah harus dipilah itu sudah ada. Mereka sudah memahami bahwa ada sampah organik dan anorganik. Namun, untuk memilahnya ini yang masih sulit. Mungkin juga disebabkan pengaruh lingkungan yang juga tidak melakukan pemilahan sampah,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, kampanye pilah sampah dilakukan lebih luas yaitu menyasar ke generasi muda atau anak-anak dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) dan SD dengan cara yang menyenangkan.

“Gambar yang diberikan untuk diwarnai dalam lomba juga memiliki pesan pemilahan sampah. Sedangkan untuk lomba yel-yel, harus mengandung pesan kesadaran memilah sampah,” katanya.

Setiap peserta yel-yel pun diharuskan mengenakan kostum yang terbuat dari sampah. ”Harapannya, hal-hal kecil ini bisa tertanam lebih mudah dalam ingatan anak-anak dan mereka pun melakukannya sebagai sebuah kebiasaan,” katanya.

Pemilahan sampah, lanjut Christina, tidak hanya bisa dilakukan di rumah saja tetapi juga dari sumber sampah lainnya seperti sekolah, kantor hingga tempat umum lainnya.

“Saat di sekolah, anak-anak pun diharapkan memiliki kebiasaan untuk memilah sampah. Mereka bisa menempatkan sampah sesuai jenisnya,” katanya.

Ia menambahkan, dengan melakukan pemilahan sampah, maka sampah organik dapat diolah menjadi kompos sedangkan sampah anorganik bisa diolah menjadi barang kerajinan atau dimasukkan ke bank sampah.

“Dengan demikian, sampah yang dibuang ke TPA Piyungan adalah sampah yang benar-benar berupa residu serta tidak bisa diolah lagi. Volume sampah yang dibuang bisa ditekan,” katanya.

Kampanye terkait pemilahan sampah dengan sasaran anak-anak tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan peragaan busana dengan memanfaatkan sampah pada 8 Maret bertepatan saat agenda “car free day” di Jalan Margo Utomo.

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024