Yogyakarta menyiapkan empat opsi alokasi anggaran penanganan COVID-19

id anggaran penanganan COVID-19,yogyakarta,penanganan corona,virus corona,corona,covid-19,2019-ncov,novel coronavirus 2019

Yogyakarta menyiapkan empat opsi alokasi anggaran penanganan COVID-19

Wakil Wali Kota Yogyakarta yang juga Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi menyemprotkan disinfektan (Eka AR)

Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta sudah menetapkan status tanggap darurat bencana COVID-19 dan membentuk gugus tugas sekaligus menyiapkan empat opsi alokasi anggaran untuk pencegahan, penanganan, hingga pemulihan korban.

“Ada beberapa opsi penggunaan anggaran untuk penanganan COVID-19 yaitu memanfaatkan dana tidak terduga serta tiga opsi lainnya yang bisa dilakukan. Total anggaran bisa mencapai sekitar Rp6 miliar,” kata Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Selasa.

Selain penggunaan dana tak terduga, Pemerintah Kota Yogyakarta juga akan memanfaatkan pendanaan dari jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) apabila terkait dengan upaya menjaga kesehatan, serta penyesuaian program di bidang kesehatan.

“Misalnya program yang hampir mirip seperti penanganan demam berdarah dan tuberculosis. Karena sasarannya hampir sama, maka dana bisa digunakan,” katanya.

Sedangkan opsi terakhir yang disiapkan adalah perubahan desain anggaran dengan disertai berita acara perubahan program dan kegiatan.

“Misalnya, ada kegiatan yang dinilai bisa ditunda, maka anggaran bisa dialokasikan untuk kebutuhan penanganan COVID-19,” katanya.

Meskipun demikian, Heroe mengatakan, opsi keempat tersebut merupakan pilihan terakhir yang akan dilakukan apabila hingga batas waktu tertentu, penanganan COVID-19 di Kota Yogyakarta belum dapat diselesaikan dan anggaran masih kurang.

Saat ini, lanjut Heroe, gugus tugas terus melakukan berbagai upaya penanganan dengan menggerakkan masyarakat untuk terlibat aktif dalam pencegahan penularan virus corona.

“Tanpa ada dukungan dan gerak bersama dari masyarakat dan komunitas, maka upaya pencegahan penularan virus akan sulit dilakukan. Misalnya dengan membersihkan lingkungan dan disiplin menerapkan 'social distancing' atau physical distancing. Ini sangat penting,” katanya.

Selain itu, Pemerintah Kota Yogyakarta juga akan mengetatkan pantauan riwayat perjalanan masyarakat, terutama warga yang baru datang dari luar Kota Yogyakarta.

“Kami sedang berkoordinasi dengan stasiun, terminal dan tempat parkir untuk membantu. Misalnya dengan menyampaikan deklarasi sehat saat mereka tiba di Yogyakarta. Hal ini penting karena kasus positif COVID-19 di Yogyakarta biasanya dilatarbelakangi adanya perjalanan ke luar daerah,” katanya.

Sedangkan untuk alat “rapid test”, Heroe mengatakan Kota Yogyakarta belum memperolehnya.

Namun demikian, ia memastikan bahwa puskesmas telah menjalankan fungsinya dengan baik untuk melakukan pemeriksaan awal terhadap warga yang mengalami gejala terinfeksi virus corona.

“Selama bulan ini saja, ada 7.500 orang yang diperiksa. Mereka datang ke puskesmas karena merasa kurang enak badan dengan berbagai keluhan layaknya flu. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan, hingga saat ini ada 151 ODP, lima PDP dan satu pasien positif COVID-19 di Yogyakarta,” katanya.

Selain melakukan pemeriksaan awal, Heroe menambahkan, puskesmas juga terus melakukan 'tracing' untuk mengetahui warga yang berpotensi terpapar virus corona.

Sedangkan untuk alat pelindung diri yang digunakan tenaga medis, Heroe mengatakan masih tercukupi namun jika penanganan membutuhkan waktu yang panjang maka jumlahnya tidak lagi cukup.

“Anggaran penanganan juga akan digunakan untuk penyiapan APD. Kami pun terus berusaha mencari tambahan APD tetapi barangnya sulit diperoleh,” katanya.