Google rilis data lokasi tunjukkan apakah lockdown berjalan di 131 negara

id googlr

Google rilis data lokasi tunjukkan apakah lockdown berjalan di 131 negara

Logo Google terlihat di Davos, Swiss, 20 Januari 2020. Gambar diambil 20 Januari 2020. REUTERS / Arnd Wiegmann (reuters.com)

Laporannya menunjukkan grafik yang membandingkan kunjungan dalam beberapa minggu terakhir di stasiun kereta bawah tanah, kereta api dan bus, toko bahan makanan dan kategori tempat lain yang luas dengan periode lima minggu awal tahun ini. Untuk bebera
Oakland, California (ANTARA) - Alphabet Inc Google pada Kamis menerbitkan laporan untuk 131 negara yang menunjukkan apakah kunjungan ke toko, taman, dan tempat kerja turun pada Maret, ketika banyak pemerintah mengeluarkan perintah tinggal di rumah untuk mengendalikan penyebaran virus corona baru.

Analisis Google terhadap data lokasi dari miliaran pengguna ponsel adalah dataset publik terbesar yang tersedia untuk membantu otoritas kesehatan menilai apakah orang mematuhi perintah yang dikeluarkan di seluruh dunia.

Laporannya menunjukkan grafik yang membandingkan kunjungan dalam beberapa minggu terakhir di stasiun kereta bawah tanah, kereta api dan bus, toko bahan makanan dan kategori tempat lain yang luas dengan periode lima minggu awal tahun ini. Untuk beberapa negara, Google memetakan data regional, seperti di tingkat negara bagian di Amerika Serikat.

Baca juga: La Liga alami kerugian Rp17,1 triliun jika musim ini dibatalkan

Facebook Inc, yang seperti Google memiliki miliaran pengguna, telah berbagi data lokasi dengan peneliti non-pemerintah yang menghasilkan laporan serupa untuk pihak berwenang di beberapa negara. Namun raksasa media sosial itu belum menerbitkan temuan apa pun.

Virus corona telah menginfeksi lebih dari 1 juta orang di seluruh dunia, dan COVID-19, penyakit pernapasan yang disebabkan virus tersebut, telah membunuh 52.000 orang, menurut penghitungan Reuters.

Sejumlah spesialis penyakit menular mengatakan menganalisis perjalanan lintas kelompok berdasarkan usia, pendapatan, dan demografi lain dapat membantu mempertajam pengumuman layanan masyarakat.

Google, yang menyimpulkan demografi dari penggunaan internet pengguna serta beberapa data yang diberikan saat mendaftar ke layanan Google, mengatakan tidak melaporkan informasi demografis. Namun, perusahaan mengatakan, terbuka untuk memasukkan informasi tambahan dan negara-negara dalam laporan lebih lanjut.

"Laporan-laporan ini telah dikembangkan untuk membantu sambil mematuhi protokol dan kebijakan privasi kami yang ketat," Dr Karen DeSalvo, kepala petugas kesehatan untuk Google Health dan Jen Fitzpatrick, wakil presiden senior untuk Google Geo, menulis dalam sebuah posting blog.

Baca juga: Gedung konser Ahoy Rotterdam jadi rumah sakit darurat corona

China, Singapura, Korea Selatan, dan negara-negara lain telah meminta penduduk untuk menggunakan aplikasi dan teknologi lainnya untuk melacak kepatuhan mereka terhadap karantina, tetapi aktivis privasi berpendapat bahwa tindakan semacam itu dapat membahayakan kebebasan individu.

Data dalam laporan Google berasal dari pengguna yang mengaktifkan fitur "Riwayat Lokasi" Google di perangkat mereka. Perusahaan mengatakan mengadopsi langkah-langkah teknis untuk memastikan bahwa tidak ada individu yang dapat diidentifikasi melalui laporan baru.

Konsultasi dengan para pejabat di California, Texas, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. dan Organisasi Kesehatan Dunia membantu menginformasikan data yang dibagikan, kata Google.


Sumber : reuters.com  
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024