Warga Yogyakarta diingatkan disiplin mematuhi protokol cegah COVID-19

id Protokol kesehatan,COVID-19,Yogyakarta,penanganan corona,virus corona,corona,covid-19,2019-ncov,novel coronavirus 2019

Warga Yogyakarta diingatkan disiplin  mematuhi protokol cegah COVID-19

Ilustrasi penyediaan tempat cuci tangan di kawasan Malioboro Yogyakarta (Eka AR)

Yogyakarta (ANTARA) - Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta mengingatkan agar seluruh warga di kota itu tetap menjaga disiplin diri dan mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan untuk mencegah meluasnya penularan COVID-19 di daerah itu.

“Meski akhir-akhir ini kasus COVID-19 di Yogyakarta cenderung landai, kewaspadaan masyarakat terhadap potensi penularan virus tetap harus diutamakan, karena potensi itu masih ada. Protokol kesehatan yang sudah ada harus benar-benar dipatuhi,” kata Ketua Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Rabu.

Heroe memahami jika masyarakat merasa bosan saat harus mengurangi aktivitas maupun kesibukan harian mereka dengan sebisa mungkin berada di rumah ketika melakukan berbagai kegiatan, seperti bekerja, belajar hingga beribadah di rumah.
 

“Setelah 14 hari di rumah, tentu rasa bosan itu ada. Tetapi, kewaspadaan tetap harus diutamakan meskipun kasus COVID-19 atau penyakit dengan gejala-gejala seperti infeksi virus corona cenderung berkurang," ucapnya.

Ia mengemukakan sejak awal pekan ini sudah terjadi peningkatan aktivitas masyarakat di luar rumah.

Jika warga tidak mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan, Heroe khawatir jumlah kasus COVID-19 di Kota Yogyakarta bisa mengalami kenaikan.

“Menikmati suasana Yogyakarta boleh-boleh saja asalkan tetap mengutamakan protokol kesehatan. Misalnya keliling kota, tapi tetap dalam mobil, tidak perlu turun atau keluar ke tempat keramaian. Di dalam mobil pun harus memenuhi protokol jaga jarak karena setiap orang tidak tahu apakah mereka membawa virus atau tidak. Ini yang perlu dipatuhi,” katanya.

Berdasarkan catatan dari fasilitas layanan kesehatan, jumlah pasien yang datang ke puskesmas, RS Jogja atau RS Pratama dengan keluhan gejala mirip COVID-19, seperti batuk, demam, hingga sesak nafas mengalami kenaikan, yakni rata-rata 400-500 pasien per hari pada Maret, namun saat ini sudah berkurang menjadi rata-rata 120 pasien per hari.
 

Hingga Rabu (8/4) pukul 16.00 WIB, pasien positif COVID-19 di Kota Yogyakarta tercatat tiga orang yang masih dirawat, dua pasien sembuh dan satu pasien meninggal dunia, serta 15 pasien dalam pengawasan (PDP) yang masih dirawat.

“Sekitar 52 persen pasien yang mengalami gejala mirip COVID-19, kemudian dinyatakan positif terinfeksi virus memiliki riwayat perjalanan ke luar kota, sedangkan 12 persen disebabkan kontak dengan pasien dan 36 persen pasien tidak mengetahui asal muasal penularan,” katanya.

Meskipun demikian, Heroe menyebut perkembangan wabah COVID-19 di Kota Yogyakarta belum perlu ditindaklanjuti dengan penerapan sosial berskala besar (PSBB), namun tetap mengutamakan protokol kesehatan pencegahan COVID-19.

“Tetapi, kami tetap melakukan kajian terhadap setiap perkembangan situasi dan kondisi di Yogyakarta, termasuk jika semakin banyak pemudik yang datang. Pergerakan warga atau pendatang ini yang perlu diantisipasi,” katanya.

Hingga Rabu (8/4), total warga yang masuk ke Yogyakarta tercatat 1.463 orang, terdiri dari 541 warga Kota Yogyakarta yang pulang dan 922 pendatang.
 

Heroe berharap warga Kota Yogyakarta yang masih berada di perantauan tidak pulang dulu hingga kondisi memungkinkan. “Lebih baik ditunda. Jika pulang, mereka harus melakukan isolasi diri 14 hari dan saat kembali ke perantauan juga harus menjalani isolasi 14 hari. Nanti waktunya habis untuk isolasi,” katanya.

Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti menyatakan kondisi Kota Yogyakarta belum memenuhi syarat untuk mengajukan PSBB, sehingga pemerintah daerah lebih mengutamakan opsi untuk penerapan protokol pencegahan COVID-19 yang selama ini sudah dilaksanakan.

“Persyaratan untuk mengajukan PSBB belum terpenuhi. Tetapi, kami tetap harus melihat setiap perkembangan yang terjadi di Yogyakarta. Saat dibutuhkan, bisa segera diajukan,” katanya.