Jakarta (ANTARA) - Gubernur Tokyo Yuriko Koike, Kamis mengutarakan gagasan mengenai perlunya "penyederhanaan" Olimpiade tahun depan karena adanya pandemi virus corona dan para penyelenggara pun sudah mendiskusikan kemungkinan perubahan tersebut.
Komentar Koike muncul setelah surat kabar Yomiuri melaporkan bahwa berbagai opsi, seperti mewajibkan pengujian virus corona (COVID-19) dan jumlah penonton yang lebih sedikit, sedang dipertimbangkan panitia penyelenggara.
Kepala Inspektorat Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk Tokyo, John Coates mengatakan kurangnya pertahanan terhadap virus corona jenis baru ini kembali mengancam gelaran Olimpiade dan panitia penyelenggara harus mulai merencanakan kemungkinan menjadikan Olimpiade "sangat berbeda" dari sebelumnya. Hal ini karena belum terlihat adanya tanda-tanda wabah COVID-19 mereda.
Koike tidak merinci apa yang dimaksudkannya namun dia hanya mengatakan diskusi semacam itu diperlukan.
"Menyelenggarakan Olimpiade dan Paralimpiade ini akan menghadirkan simpati dan pemahaman tentang Tokyo dan orang-orang Jepang," kata Koike kepada wartawan sebagaimana dilansir dari Reuters.
"Untuk itu kita harus merasionalisasi apa yang bisa dirasionalisasi dan menyederhanakan apa yang perlu disederhanakan."
Yomiuri, mengutip sumber-sumber pemerintah dan panitia penyelenggara, mengatakan bahwa perlu adanya tes reaksi cepat (PCR) untuk semua penonton - selain atlet dan staf - serta membatasi pergerakan keluar dan masuk pemukiman atlet sebagai opsi-opsi yang akan dibahas Jepang dengan IOC.
IOC dan pemerintah Jepang pada Maret silam telah mengambil keputusan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menunda Olimpiade, yang akan dimulai pada bulan Juli, selama satu tahun karena wabah virus corona.
Penundaan lebih lanjut Olimpiade di luar tahun 2021 telah dikesampingkan.
Virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 6,4 juta orang dan menewaskan sekitar 380.000 orang di seluruh dunia. Sementara Jepang terus berupaya menghindari ledakan wabah sebagaimana terjadi di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Brazil, dengan sekitar 17.000 infeksi dan 900 kematian tercatat sampai saat ini.
Berita Lainnya
Fesyen Indonesia ikuti Fashion World Tokyo 2024
Kamis, 18 April 2024 4:27 Wib
Menparekraf: "Pop Up Little Tokyo" percepat bisnis otomotif
Selasa, 2 April 2024 16:23 Wib
RI promosikan budaya melalui bazar amal di Tokyo, Jepang
Kamis, 28 Maret 2024 19:54 Wib
Kecelakaan kapal tanker, enam ABK WNI tewas, satu selamat
Jumat, 22 Maret 2024 20:15 Wib
Tokyo Marathon inspirasi wisata olahraga Indonesia, ungkap Sandiaga
Rabu, 6 Maret 2024 7:54 Wib
Doping, Juara Tokyo Marathon 2017 diskors 8 tahun
Rabu, 14 Februari 2024 20:54 Wib
Putri Takamado menanam pohon sakura di Wisma Duta Tokyo
Sabtu, 3 Februari 2024 5:41 Wib
Masyarakat Jepang terpesona Tari Pelgongan Rajapatni, Bali-Majapahit
Sabtu, 3 Februari 2024 5:38 Wib