Yogyakarta (ANTARA) - Dosen sekaligus peneliti virus Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Mohamad Saifudin Hakim berharap skenario tatanan normal baru tidak terburu-buru diterapkan pada Juli 2020 hingga kurva COVID-19 melandai.
"Tren nasional tetap naik dan belum ada tanda penurunan signifikan secara konsisten. Semestinya 'new normal' diterapkan setelah kurva melandai atau ada penurunan jumlah kasus secara signifikan yang konsisten," kata Hakim melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Kamis.
Hakim yang juga dosen Departemen Mikrobiologi FKKMK UGM ini berpendapat bahwa selain mengkaji ulang rencana penerapan normal baru, upaya mencegah penyebaran virus masih perlu dioptimalkan didukung dengan peningkatan kapasitas tes, contact tracing disertai berbagai upaya kontingensi/emergensi karantina untuk mencegah munculnya klaster baru.
"Jadi kalau 'new normal' dijalankan bulan Juli, maka pemerintah harus siap kalau ada pertambahan kasus baru lagi," kata dia.
Sementara itu, terkait strategi kekebalan kelompok (herd immunity) untuk menangani COVID-19 secara alami atau tanpa vaksinasi, menurut dia, tidak perlu diterapkan.
Herd immunity dengan infeksi secara alami, kata dia, sangatlah berisiko. Tidak hanya menyebabkan terjadinya sakit atau penyakit, tetapi individu yang terkena infeksi alami juga berpotensi menjadi agen penularan.
Kondisi tersebut akan semakin memakan banyak korban jiwa sampai pada tahap penularan dapat berhenti setelah individu yang tersisa dapat bertahan hidup dan memiliki kekebalan.
Sementara itu, dalam kasus COVID-19, kata Hakim, belum ada kepastian apakah kekebalan yang didapat secara alami terhadap SARS-CoV-2 benar-benar dapat melindungi seseorang dalam jangka waktu yang lama atau tidak akan terinfeksi kembali.
"Sayangnya, untuk kondisi sekarang ini, vaksin masih agak jauh tahap pengembangannya untuk bisa secara efektif mengatasi COVID-19," kata Hakim yang saat ini tengah melakukan persiapan dengan tim peneliti Pusat Kajian Kesehatan Anak untuk melakukan Uji Klinis Vaksin Rotavirus Fase III.
Oleh karena itu, Hakim menekankan bahwa konsep herd immunity tidak boleh menjadi tujuan dalam menanggulangi wabah COVID-19, yang infeksinya masih menyebar dengan liar.
Menurut dia, masyarakat tidak boleh dibiarkan bebas begitu saja seperti kondisi sebelum ada wabah.
"Pemerintah harus tetap menerapkan aturan secara ketat seperti menganjurkan tetap memakai masker saat berkegiatan di luar rumah, jaga jarak, menjaga kebersihan dengan mencuci tangan, menghindari kerumunan massa, membatasi aktivitas sosial, melakukan isolasi dan karantina bagi yang terpapar virus dan lainnya," kata dia.
Berita Lainnya
Normal dua arah, arus lalin di GT Kalikangkung Semarang, Jateng
Selasa, 16 April 2024 7:59 Wib
Tol Japek normal, rekayasa lalin dihentikan
Kamis, 11 April 2024 6:15 Wib
Normal dua arah, lalin Tol Cipali arah Semarang, Jateng
Selasa, 9 April 2024 16:07 Wib
Gibran: Tempat makan diminta tempel harga normal selama libur Lebaran
Minggu, 7 April 2024 4:54 Wib
KAI sebut keberangkatan KA dari Daop 5 normal setelah banjir Semarang surut
Jumat, 15 Maret 2024 10:35 Wib
Kegiatan belajar di sekolah terkena banjir Demak, Jateng, normal lagi
Selasa, 5 Maret 2024 7:54 Wib
"New Normal", film kisahkan problematika anak muda
Selasa, 16 Januari 2024 7:06 Wib
Pascagempa, aktivitas wisatawan di pantai Garut normal
Minggu, 31 Desember 2023 17:02 Wib