DLH: Kualitas udara di Yogyakarta cenderung membaik

id kualitas udara,konsentrasi,karbon monoksida

DLH: Kualitas udara di Yogyakarta cenderung membaik

Ilustrasi Malioboro Yogyakarta (Eka AR)

Yogyakarta (ANTARA) - Kualitas udara di Kota Yogyakarta sejak Maret 2020 hingga saat ini cenderung membaik, salah satunya karena konsentrasi karbon monoksida sebagai satu dari lima parameter kualitas udara ambien juga terus menurun dalam tiga bulan terakhir.

“Sejak terjadi pandemi COVID-19, masyarakat banyak membatasi aktivitas di luar rumah. Akibatnya, kepadatan lalu lintas pun berkurang yang kemudian juga menurunkan tingkat emisi karbon sehingga konsentrasi karbon monoksida pun menurun,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Suyana di Yogyakarta, Sabtu.
 

Menurut dia, masa pandemi COVID-19 merupakan momentum untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dimulai dari lingkungan terdekat di sekitar tempat tinggal, misalnya dengan penghijauan untuk menjaga kualitas udara.

“Misalnya dengan menanam untuk mengisi waktu saat berada di rumah. Lingkungan akan terasa lebih hijau dan nyaman,” katanya.

Berdasarkan data, konsentrasi karbon monoksida (CO) pada Maret mencapai 4.169 mikrogram per meter kubik, dan turun menjadi 3.820 mikrogram per meter kubuk pada April, dan kembali turun menjadi 2.426 mikro gram per meter kubik. Konsentrasi CO pada Mei tersebut berkurang hingga 42 persen dibanding Maret.
 

Data tersebut diperoleh dari stasiun Air Quality Monitoring System (AQMS) milik Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Peralatan untuk memantau kondisi kualitas udara tersebut ditempatkan di kantor lama DLH yang berada di Kecamatan Gondokusuman.

“Lokasi tersebut cukup strategis karena mampu mewakili permukiman, dekat dengan jalan utama yang cukup padat dengan aktivitas ekonomi yaitu Jalan Urip Sumoharjo, dan dekat dengan bengkel besar milik PT KAI,“ katanya yang menyebut radius pemantauan AQMS mencapai sekitar dua kilometer.
 

Ia berharap penurunan konsentrasi karbon monoksida selama tiga bulan terakhir dapat dipertahankan, termasuk jika seluruh aktivitas masyarakat berangsur-angsur kembali normal.

“Jika aktivitas masyarakat meningkat maka konsentrasi CO pun akan meningkat. Yang sulit adalah menjaga konsentrasi pencemar udara tetap rendah di tengah meningkatnya aktivitas masyarakat,” katanya.

Selain penurunan konsentrasi karbon monoksida, selama pandemi COVID-19 juga terjadi penurunan volume sampah sekitar 20 persen.



 

Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024