Sultan HB X sebut ekonomi dan protokol kesehatan saling melengkapi

id Normal baru,Sultan,Ekonomi,Protokol kesehatan,Covid-19,Yogyakarta

Sultan HB X sebut ekonomi dan protokol kesehatan saling melengkapi

Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. (FOTO ANTARA)

Banyak pihak yang mendikotomikan protokol kesehatan dengan ekonomi. Padahal seharusnya tidak demikian. Keduanya tidak saling menafikan, tapi saling melengkapi.
Yogyakarta (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan bahwa penerapan protokol kesehatan dengan menjaga perekonomian merupakan dua kegiatan yang saling melengkapi dan jangan didikotomikan.

"Banyak pihak yang mendikotomikan protokol kesehatan dengan ekonomi. Padahal seharusnya tidak demikian. Keduanya tidak saling menafikan, tapi saling melengkapi," kata Sultan dalam program #SultanMenyapa Jilid 8 dengan judul "Menimbang New Normal, Pulihkan Ekonomi" di Yogyakarta, Selasa.

Sultan sepakat bahwa bahaya serius Corona berpotensi banyak merenggut nyawa.

Baca juga: Sultan Hamengku Buwono X akan menutup Malioboro jika protokol kesehatan diabaikan

Ia juga prihatin banyak kasus merebak, di mana penanganannya belum seberapa cepat dibandingkan penyebarannya.

"Saya lebih sedih lagi, karena pahlawan kesehatan banyak yang syahid di lahan pengabdian demi kemanusiaan," kata dia.

Baca juga: Sultan HB X: Jangan sampai ada gelombang kedua COVID-19 saat normal baru

Namun demikian, bagi Raja Keraton Yogyakarta ini perlu jalan tengah dengan cara mengatasi pandemi, seraya memulihkan ekonomi yakni hidup berdampingan dengan COVID-19 sambil mematuhi disiplin yang menjadi syaratnya.

"Bukankah jika sakit, orang tidak bisa lagi produktif. Sebaliknya, jika ia sehat, tapi tidak bisa makan, ia pun akan jatuh sakit. Dilemma, memang! ," kata dia.

Menurut Sri Sultan, hidup mengisolasi diri terus-menerus akan berdampak buruk bagi ekonomi. Untuk membuka peluang ekonomi, agar bergerak lagi juga memerlukan pelonggarkan aturan.

"Karena perlakuan 'new-normal' harus dikompromikan, tentu belum bisa tumbuh instan. Dengan kapasitas belum penuh, setidaknya ekonomi bisa berjalan bertahap," kata dia.

Baca juga: Yogyakarta membuka layanan konsultasi hukum daring melalui "Mbak Ratu"

Sementara itu, lanjut dia, ukuran keberhasilan penerapan normal baru bukan kembali ke kondisi sebelum wabah. Dengan menerapkan skenario itu masyarakat bisa beraktivitas ekonomi bersamaan menerapkan protokol kesehatan, agar penyebaran wabah tetap bisa dikendalikan.

"Jika kita berhasil memberlakukan Era 'New-Normal' tanpa memicu lonjakan gelombang kedua COVID-19, kita akan bisa keluar dari ancaman pertumbuhan ekonomi negatif tahun 2020 ini," kata dia.

Ia mengatakan jaringan bisnis dan klaster industri merupakan mekanisme ampuh untuk mengatasi segala keterbatasan itu. Kolaborasi dan kemitraan UMKM dengan perusahaan besar dan lembaga pendukung publik dengan dukungan pemerintah daerah berpotensi mengembangkan keunggulan lokal yang spesifik, dengan daya saing lebih besar, karena tergabung dalam klaster.

"Pilihan jenis usahanya, mungkin bukan lagi yang lama, karena konsumen akan berhemat dengan prioritas untuk bertahan hidup. Dengan selalu mohon petunjuk-Nya, semoga kita bisa keluar dari jebakan kesulitan ini. InsyaAllah," kata Sultan.

 
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024