Sarana prasarana menuju new normal di Malioboro dilengkapi

id malioboro,sarana prasarana,pendukung new normal

Sarana prasarana menuju new normal di Malioboro dilengkapi

Ilustrasi tanda tempat berdiri bagi pengunjung Malioboro untuk memastikan aturan jaga jarak (HO-UPT Malioboro)

Yogyakarta (ANTARA) - Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung menuju era new normal di kawasan wisata utama di Kota Yogyakarta, Malioboro terus dilengkapi, yaitu dengan memberikan tanda untuk tempat berdiri di pedestrian.

“Kami buatkan tanda berupa tapak sepatu untuk tempat orang berdiri, supaya mereka bisa menerapkan aturan jaga jarak. Jarak antar tanda sekitar satu meter,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro Ekwanto di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, tanda tempat orang berdiri tersebut akan ditempatkan di lokasi yang kerap menjadi lokasi kerumunan wisatawan saat menikmati suasana di Malioboro, misalnya di sekitar tempat duduk.

Untuk saat ini, tanda tempat berdiri tersebut baru dipasang di ujung utara dan ujung selatan pedestrian Malioboro, namun akan terus diperbanyak dan diharapkan sudah selesai pada akhir pekan. “Baru sekitar 20 titik yang kami pasang. Tanda tersebut berwarna kuning dan akan menyala saat gelap,” katanya.

Pemasangan tanda tempat berdiri tersebut akan dilakukan dari ujung utara Jalan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta.

“Di kawasan Titik Nol Kilometer, akan ada lebih banyak tanda karena lokasi tersebut kerap dipadati wisatawan,” katanya.

Selain tanda tempat berdiri, di pedestrian Jalan Malioboro juga akan dilengkapi dengan tanda anak panah untuk menunjukkan alur pengunjung, sehingga tidak ada pengunjung yang saling berpapasan.

Pedestrian di sisi timur diberi tanda panah ke selatan, sedangkan pedestrian sisi barat diberi tanda panah ke utara.

Tanda tempat berdiri dan anak panah tersebut melengkapi protokol baru yang diterapkan di Malioboro yaitu QR Code untuk pendataan pengunjung, pengukuran suhu tubuh pengunjung, penyediaan tempat cuci tangan, dan kewajiban mengenakan masker.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, penerapan QR Code tidak akan akan dilakukan di Malioboro tetapi di seluruh tempat usaha jasa pariwisata seperti hotel, restoran, mal, kafe, bahkan di pasar.

“Saat ini, QR Code dimanfaatkan untuk pendataan dan bisa digunakan untuk tracing jika muncul kasus positif COVID-19,” katanya.

Namun, lanjut Heroe, QR Code akan dikembangkan sebagai platform digital untuk mendukung promosi pariwisata di Kota Yogyakarta dengan penggunaan yang lebih mudah.

“Nantinya, saat memindai QR Code, maka pengunjung atau wisatawan akan memperoleh banyak informasi mengenai promosi wisata bahkan potongan harga yang ditawarkan pelaku jasa pariwisata,” katany.

Heroe berharap, platform digital tersebut akan menjadi ekosistem pariwisata baru di Yogyakarta.

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024