Kota Yogyakarta menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk

id dbd yogyakarta,demam berdarah,pemberantasan sarang nyamuk

Kota Yogyakarta menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk

Arsip Foto. Seorang petugas Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melakukan pengasapan di kampung Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta. (FOTO ANTARA/Sigid Kurniawan)

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengingatkan warga agar tetap giat melakukan pemberantasan sarang nyamuk meskipun kasus demam berdarah dengue menurun sejak Maret hingga Juni 2020.

"Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pola hidup bersih sehat (PHBS) jangan sampai dilupakan meskipun kasus demam berdarah (DB) cenderung turun dan saat ini masih dalam masa pandemi COVID-19," kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Kamis.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, jumlah kasus demam berdarah (DB) dari awal tahun hingga 23 Juni tercatat 243 kasus dengan puncak kasus terjadi pada bulan Februari dengan 72 kasus.

"Bahkan sepanjang Juni, sampai 23 Juni, hanya ada dua kasus DB,” kata Endang yang menyebut rata-rata kasus DB di Kota Yogyakarta berada di peringkat empat di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Saat ini, menurut Endang, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta masih menunggu laporan hasil penelitian penggunaan nyamuk berbakteri wolbachia untuk mendukung upaya penurunan kasus DB di Kota Yogyakarta.

“Penelitiannya sudah berakhir. Kami masih menunggu apakah ada hubungannya antara penggunaan nyamuk berbakteri wolbachia dengan penurunan kasus DB di Kota Yogyakarta tahun ini,” katanya.

Ia mengatakan bahwa Kota Yogyakarta termasuk wilayah endemis DB sehingga ada saja temuan kasus tiap tahunnya.

Dia menekankan bahwa upaya pencegahan demam berdarah harus lebih diutamakan oleh masyarakat daripada penanganan saat sudah terinfeksi virus dengue, yang menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Namun, dia mengatakan, jika sudah muncul gejala menderita demam berdarah maka tindakan dan penanganan harus dilakukan secara cepat dan tepat.

“Penanganan yang tepat membutuhkan keterangan mengenai waktu panas pasien. Yang perlu dicatat bukan hanya hari mulai panas, tetapi jam mulai panas,” katanya.

Penghitungan jam yang tepat, lanjut dia, akan membantu dokter dalam menganalisa gejala penyakit termasuk menentukan waktu pasien mulai demam.

“Untuk DB, yang perlu diwaspadai adalah apabila pasien mengalami syok. Biasanya terjadi pada hari keempat atau kelima panas. Saat syok, biasanya suhu tubuh pasien justru turun dan masyarakat menganggap bahwa pasien sembuh,” katanya.

Jika suhu tubuh turun, dia mengatakan, maka perlu diperhatikan gejala lain yang ditunjukkan oleh pasien seperti keluar keringat dingin, kaki dan tangan dingin, lemas, pusing, mual, serta tidak berselera makan dan minum.

“Jika gejala-gejala itu muncul, maka segera bawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan cepat,” katanya, menambahkan, sampai saat ini tidak ada kasus pasien DB yang sampai meninggal dunia di Yogyakarta.

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024