Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta masyarakat terus menggencarkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk menekan kenaikan jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah ini.
"Yang meninggal (kasus DBD) sebanyak lima orang, empat di Gunung Kidul dan satu di Sleman," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DIY, Berty Murtiningsih saat dihubungi di Yogyakarta, Jumat.
Menurut Berty, sejak Januari hingga Mei 2020 total kasus DBD di DIY tercatat sebanyak 2.714 kasus dengan lima orang meninggal dunia. Paling banyak ditemukan di Kabupaten Bantul mencapai 859 kasus, disusul Gunung Kidul 857 kasus dengan 4 meninggal, Sleman 589 kasus dengan 1 meninggal, Kota Yogyakarta 235 kasus, dan Kulon Progo 177 kasus.
Jumlah tersebut meningkat tajam jika dibandingkan periode yang sama pada 2019 yang tercatat total sebanyak 536 kasus DBD dengan 2 meninggal.
Kenaikan jumlah kasus itu, menurut dia, di antaranya disebabkan masih belum meningkatnya kesadaran masyarakat memberantas sarang nyamuk. Kendati saat ini telah memasuki musim kemarau, namun genangan masih banyak ditemukan.
Oleh sebab itu, Berty mengatakan saat ini Dinkes DIY bersama dinas terkait di lima kabupaten/kota tengah menggencarkan sosialisasi PSN dengan gerakan 3 M Plus yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang bekas, plus kegiatan pencegahan lain seperti memeriksa tempat-tempat lain yang potensial menjadi sarang nyamuk.
Adapun upaya "fogging" atau pengasapan menggunakan bahan kimia, kata dia, tetap dilakukan namun akan berlangsung secara terbatas.
"Pengasapan sesuai pedoman Kemenkes dan dilakukan terbatas mengingat efektivitasnya hanya membunuh nyamuk dewasa. Menurut kami lebih efektif PSN," kata Berty.
Sebelumnya, Ahli serangga dari World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, Warsito Tantowijoyo menyampaikan perkiraan bahwa masa puncak kasus DBD di Kota Yogyakarta terjadi pada Maret dan April 2020. Hal tersebut berdasarkan data populasi nyamuk aedes aegypti yang telah mencapai puncaknya di sekitar bulan Januari 2020.
"Puncak populasi aedes aegypti di sekitar bulan Januari lalu, setelahnya populasi akan menurun. Berdasarkan pengalaman, musim tinggi penyakit DBD biasanya mulai terjadi 2 sampai 3 bulan pascapuncak populasi nyamuk. Di sinilah perlu diwaspadai meningkatnya kasus DBD," kata Warsito.
Berita Lainnya
Lima kota di Indonesia terapkan implementasi nyamuk ber-Wolbachia
Jumat, 29 Maret 2024 0:16 Wib
Masyarakat Gunungkidul diimbau menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk
Rabu, 27 Maret 2024 22:35 Wib
RI-Fiocruz Brasil kolaborasi teknologi dan vaksin atasi dengue
Senin, 12 Februari 2024 18:06 Wib
Kemenkes: Tidak benar nyamuk ber-Wolbachia membawa virus LGBT
Rabu, 20 Desember 2023 5:28 Wib
Jika 60 persen nyamuk ber-Wolbachia, metode Wolbachia sukses
Minggu, 10 Desember 2023 2:59 Wib
Profesor UI: Bakteri Wolbachia tidak infeksi manusia
Sabtu, 2 Desember 2023 9:34 Wib
Menkes: Dunia akui nyamuk wolbachia tekan DBD
Rabu, 29 November 2023 6:27 Wib
Nyamuk wolbachia lindungi 11,2 juta orang dari DBD
Rabu, 29 November 2023 6:24 Wib