Sleman (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menggencarkan sosialisasi untuk menjaga harmonisasi keluarga selama masa pandemi COVID-19.
"Sosialisasi kami lakukan dengan berkeliling di tengah masyarakat dengan menggunakan kendaraan 'Sie Molin' atau Sosialisasi Informasi Dan Edukasi Dengan Mobil Perlindungan," kata Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Sleman Is Cahyawati di Sleman, Minggu.
Menurut dia, dalam kegiatan "Sie Molin" salam masa pandemi COVID-19 ini juga ikut mengedukasi masyarakat terkait upaya mencegah penyebaran virus Corona.
"Mobil ini berkeliling di tempat yang masih banyak kerumunan masyarakat di masa pandemi COVID-19. Kami memberikan sosialisasi, informasi, edukasi terkait dengan pencegahan penyebaran COVID-19, menjaga harmonisasi di dalam keluarga selama berada di rumah di masa pandemi, serta memberikan layanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan," katanya.
Ia mengatakan, layanan "Sie Molin" ini, dinilai komprehensif dan aplikatif memuat upaya promotif, preventif, rehabilitatif, dan kuratif.
"Dengan layanan ini, kebutuhan masyarakat yang mengalami kekerasan namun tidak bisa membuat laporan langsung bisa dilayani," katanya.
Cahyawati mengatakan, "Sie Molin" ini beroperasi tidak hanya di desa-desa tetapi juga ke tingkat dusun secara mobile.
"Layanan ini cukup sukses dan diterima di masyarakat. Hal itu terbukti karena mampu meningkatkan pengaduan masyarakat melalui daring sosial media. Layanan ini juga bisa menjangkau langsung kepada korban dan tidak membutuhkan biaya yang besar namun memiliki manfaat yang besar khususnya bagi perempuan dan anak korban kekerasan dan masyarakat," katanya.
Kepala DP3AP2KB Kabupaten Sleman, Mafilindati Nuraini mengatakan selama pandemi COVID-19 pihaknya tetap memberikan sosialisasi dan pelayanan dengan mobil pelindung.
"Dengan Sie Molin ini, petugas tetap bisa mengedukasi masyarakat selama pandemi. Kalau ada kasus, petugas juga siap untuk jemput bola. Kami juga memiliki tim psikolog untuk menangani korban kekerasan perempuan dan anak," katanya.
Ia mengatakan, pada awalnya sempat ada kekhawatiran munculnya pandemi COVID-19 yang mendorong masyarakat untuk tetap tinggal di rumah dapat meningkatkan kasus kekerasan dalam rumah tangga.
"Apalagi pandemi COVID-19 menimbulkan masalah ketidakstabilan ekonomi masyarakat. Namun hipotesa tersebut tersebut tidak terbukti. Berdasarkan laporan yang kami terima sejak Maret, April, Mei dan Juni ini, kasus KDRT justru mengalami penurunan dan tidak mengalami kenaikan yang siginifikan," katanya.
Mafilindati mengatakan, berdasarkan data, jumlah pengaduan yang diterima pada Maret hanya 10 kasus, April turun menjadi delapan kasus, Mei empat kasus dan Juni ini hanya dua kasus.
"Juni ini hanya dua kasus yang setelah dicek ternyata aduan tersebut sudah muncul sebelum adanya pandemi. Yang jelas sampai Juni ini tidak ada peningkatan kasus yang siginifikan," katanya.
Berita Lainnya
Istri siri polisi curhat KDRT, Kompolnas surati kapolda
Sabtu, 30 Maret 2024 16:57 Wib
401.975 kasus kekerasan perempuan terjadi di Indonesia
Jumat, 8 Maret 2024 6:49 Wib
Wajib ditonton, film"Sehidup Semati" kisahkah KDRT
Selasa, 9 Januari 2024 10:40 Wib
Aktor Ario Bayu belajar karakter "Sehidup Semati"
Selasa, 9 Januari 2024 8:00 Wib
Laura Basuki bersimpati di "Sehidup Semati
Selasa, 9 Januari 2024 5:25 Wib
Tergolong femisida, kasus suami mutilasi istri di Malang
Kamis, 4 Januari 2024 17:54 Wib
Tiga perempuan Indonesia setiap jam jadi korban KDRT
Minggu, 15 Oktober 2023 10:44 Wib
Budaya patriarki picu KDRT di Indonesia
Selasa, 5 September 2023 6:07 Wib