Jakarta (ANTARA) - Facebook menyatakan mereka tidak mendapatkan keuntungan dari ujaran kebencian, menyusul boikot memasang iklan di platform tersebut dari sejumlah perusahaan di Amerika Serikat.
"Saya ingin menegaskan secara jelas: Facebook tidak memperoleh keuntungan dari kebencian. Miliaran orang menggunakan Facebook dan Instagram karena mereka memiliki pengalaman yang baik – mereka tidak ingin melihat konten yang penuh kebencian, pengiklan kami tidak ingin melihatnya, dan kami juga tidak ingin melihatnya. Tidak ada insentif bagi kami untuk melakukan apa pun selain menghapusnya," kata VP Global Affairs and Communications Facebook, Nick Clegg dalam keterangan resmi, dikutip Kamis.
Facebook tidak menjelaskan apa dampak boikot tersebut terhadap Indonesia, namun, menyatakan mereka berinvestasi miliaran dolar setiap tahun, baik pada orang dan teknologi, untuk menjaga keamanan platform tersebut.
Mereka menambah tim di bagian keselamatan dan keamanan hingga kini berjumlah lebih dari 35.000 orang.
Sejumlah perusahaan besar menarik iklan mereka dari Facebook karena platform tersebut dianggap tidak bertindak cukup untuk mengatasi ujaran kebencian. Boikot ini bermula dari keputusan jejaring sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg untuk tidak menghapus unggahan yang kontroversial dari Presiden AS Donald Trump tentang aksi protes anti-rasisme.
Platform media sosial lainnya menghapus dan melabeli unggahan Trump sebagai ujaran kebencian.
"Ketika kami menemukan unggahan yang penuh kebencian di Facebook dan Instagram, kami mengambil pendekatan tanpa toleransi dan menghapusnya. Ketika konten gagal diklasifikasikan sebagai ujaran kebencian atau kebijakan kami yang lain yang bertujuan mencegah kerusakan di dunia nyata atau penindasan pemilih, kami berada di sisi kebebasan berekspresi karena pada akhirnya, cara terbaik untuk melawan ujaran yang menyakitkan, memecah belah, dan menyerang adalah dengan lebih banyak bicara. Mengeksposnya kepada cahaya lebih baik daripada menyembunyikannya di bayangan," kata Clegg.
Facebook pada Juni lalu menghapus hampir 90 persen dari ujaran kebencian sebelum dilaporkan pengguna. Pada kuartal pertama 2020 mereka menghapus 9,6 juta konten.
Berita Lainnya
Stakeholder, pinta MUI, beri edukasi-literasi masyarakat terkait produk boikot
Minggu, 31 Maret 2024 14:27 Wib
Efektif, aksi boikot produk terafiliasi Israel di Indonesia
Kamis, 1 Februari 2024 5:17 Wib
MUI sebut fatwa dukungan Palestina momentum kebangkitan produk lokal
Rabu, 15 November 2023 15:02 Wib
Rusia ikut tanding, Ukraina boikot Olimpiade
Sabtu, 28 Januari 2023 6:19 Wib
Rusia ikut Olimpiade Paris 2024, Ukraina boikot
Jumat, 27 Januari 2023 5:37 Wib
Prancis emoh boikot diplomatik Olimpiade Beijing
Jumat, 10 Desember 2021 8:22 Wib
Australia boikot Olimpiade Beijing
Rabu, 8 Desember 2021 11:00 Wib
UEFA gabung dengan kampanye boikot medsos
Jumat, 30 April 2021 4:21 Wib