Yogyakarta dan mal jajaki kerja sama pasarkan produk UKM

id produk UKM,mal

Yogyakarta dan mal jajaki kerja sama pasarkan produk UKM

Pelaku usaha UKM menunjukkan produk batik unggulan di mal. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/aww.

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta menjajaki kerja sama dengan dua pusat perbelanjaan atau mal untuk memberikan fasilitas berupa tempat guna memasarkan produk dari pelaku usaha kecil mikro di kota tersebut dengan sistem bagi hasil.

“Sudah ada tawaran dari dua mal beberapa waktu lalu, namun baru kami sampaikan ke pelaku usaha belum lama ini. Ternyata, minat mereka besar sekali,” kata Kepala Bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta Rihari Wulandari di Yogyakarta, Jumat.

Karena memperoleh tanggapan yang cukup baik dari pelaku UKM, lanjut Rihari, maka Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta akan segera menindaklanjutinya dengan berkoordinasi dengan dua mal yang memberikan penawaran.

Bentuk kerja sama dengan kedua mal tersebut bukan sewa toko di dalam mal karena pelaku UKM tidak memiliki kemampuan untuk menyewa tempat, tetapi dalam bentuk bagi hasil dan mal menyiapkan semacam anjungan untuk "display".

“Hanya saja, bagaimana mekanisme bagi hasil-nya masih akan kami komunikasikan. Harapannya, tidak memberatkan pelaku UKM karena mereka pun masih kesulitan akibat dampak pandemi,” katanya.

Ia menyebut, kerja sama tersebut akan diupayakan untuk bisa direalisasikan secepatnya. “Ini adalah kesempatan yang sangat bagus, tidak boleh disia-siakan,” katanya.

Sedangkan untuk produk UKM yang akan dipasarkan melalui mal adalah berbagai produk fesyen, kerajinan tangan, dan kuliner.

Pemasaran melalui pusat perbelanjaan tersebut merupakan upaya keempat yang ditempuh Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta dalam membantu pelaku UKM mengatasi berbagai kendala di masa pandemi COVID-19.

Sebelumnya, sudah dilakukan pendampingan ke pelaku UKM untuk melakukan inovasi dan mengembangkan kreasi produk dengan memproduksi barang-barang sesuai kebutuhan masyarakat.

“Pelaku UKM mengalihkan produksinya dengan membuat alat pelindung diri, masker, hingga hand sanitizer. Atau beralih memproduksi makanan olahan. Ini yang justru sedang naik daun,” katanya.

Selain itu, Pemerintah Kota Yogyakarta juga sudah membuatkan katalog mengenai produk UKM beserta harga dan nomor kontak yang bisa dihubungi untuk melakukan pesanan.

“Kami pun mendorong pelaku usaha untuk memanfaatkan marketplace untuk membantu pemasaran secara online,” katanya.

Di Kota Yogyakarta terdapat sekitar 26.000 pelaku UKM namun baru ada sekitar 4.500 pelaku yang memiliki izin usaha mikro. “Dari jumlah tersebut sebanyak 119 pelaku usaha beralih memproduksi alat pelindung diri dan sekitar 100 pelaku usaha beralih ke usaha makanan olahan,” katanya.

Salah satu pelaku UKM yang bergerak di bidang fesyen Arlilin Marhendri mengatakan, pandemi COVID-19 memberikan pukulan yang cukup berat untuk pelaku UKM khususnya di bidang fesyen.

“Omzet turun drastis karena kebutuhan utama masyarakat saat ini adalah pangan dan kesehatan sehingga minat membeli produk fesyen menurun drastis,” katanya.

Namun demikian, ia mencoba untuk melakukan inovasi dengan membuat masker kain dengan bahan yang berbeda bila dibanding produk masker kain lainnya yaitu menggunakan kain tradisional. “Selain bisa tetap bertahan, perajin kain tradisional pun tetap mendapat pesanan. Bisa saling membantu,” katanya.

Saat ini, lanjut dia, kondisi sudah cenderung membaik meskipun omzet penjualan masih didominasi oleh masker. “70 persen masker, 30 persen fesyen,” katanya yang juga memaksimalkan penjualan secara daring.

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024