Pedagang mengeluhkan pembeli daging sapi di Gunung Kidul menurun

id Permintaan daging sapi,pedagang daging sapi,Pasar Rakyat Argosari,Gunung Kidul,Disperindag Gunung Kidul

Pedagang mengeluhkan pembeli daging sapi di Gunung Kidul menurun

Kondisi Pasar Rakyat Legundi di Kabupaten Gunung Kidul. Dinkes Gunung Kidul melakukan pemantuan kesehatan pedagang. (Foto ANTARA/HO-Dinkes Gunung Kidul)

Gunung Kidul (ANTARA) - Pedagang daging sapi di Pasar Rakyat Argosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan sepinya pembeli daging sapi karena turunnya daya beli masyarakat akibat pandemi COVID-19.

Salah seorang pedagang Pasar Rakyat Argosari Waginem di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan saat ini permintaan daging sapi lebih rendah dibandingkan saat ada kasus antraks yang menimpa di wilayah ini.

"Saat kasus anthraks, permintaan daging sapi masih sedikit tinggi. Kalau saat ini, benar-benar permintaan sepi. Saat ini, tidak ada masyarakat yang menyelenggarakan hajatan dan daya beli masyarakat turun," kata Waginem.

Ia mengatakan harga daging sapi sendiri berkisar antara Rp100 ribu hingga Rp125 ribu per kilogram, tergantung dari kualitas daging sapi. Permintaan daging sapi paling banyak dari pedagang baso dan rumah makan. Namun permintaan tidak banyak, seperti kondisi normal.

"Saat ini, permintaan berkisar 10 kilogram per hari. Ini pun kalau kondisi ramai, kalau sepi permintaan lebih rendah lagi. Kami berharap kondisi kembali normal, dan ekonomi kita kembali bangkit," harapnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunung Kidul Virgilio Soriano bahkan menyebut harga daging sapi cenderung rata. Saat ini, harga daging pada kisaran Rp110 ribu sampai Rp 120 ribu perkilogram. Permintaan daging sapi saat ini pun berbeda jauh dengan daging ayam, di mana harganya saat ini juga sedang meroket.

Menurut dia, situasi pandemi COVID-19 turut berdampak pada daya beli masyarakat. Mengingat daya beli terbatas, ketika menggelar hajatan upaya penghematan dilakukan, termasuk mengurangi konsumsi daging sapi.

"Adanya pandemi COVID-19 ini, daya beli masyarakat menurun. Hal ini juga berpengaruh pada permintaan daging sapi yang turun," katanya.

Selain COVID-19, sebelumnya pasar daging sapi juga sempat terpukul oleh isu antraks. Meskipun demikian, Virgilio memastikan saat ini isu antraks sudah meredam. Disperindag sudah mengantisipasi dengan melakukan pengecekan rutin ke pasar-pasar.

"Meski kasus antraks sudah mereda, kami secara rutin melakukan pemantuan di pasar-pasar rakyat yang ada di Gunung Kidul. Kami bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dalam pemantuan ini," katanya.