Balitbangtan luncurkan Biobestari Agritan, padi gogo produktivitas tinggi

id inovasi pertanian,balitbangtan,padi gogo,padi gogo biobestari agritan

Balitbangtan luncurkan Biobestari Agritan, padi gogo produktivitas tinggi

Varietas unggul padi gogo Biobestari Agritan hasil inovasi Badan Litbang Pertanian Kementan dengan memiliki produktivitas rata-rata 5,8 ton/ha. ANTARA/Dokumentasi Badan Litbang Pertanian Kementan

Jakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian meluncurkan varietas unggul baru padi gogo, Biobestari Agritan, yang memiliki produktivitas rata-rata 5,8 ton/ha dan potensi hasil sekitar 7,5 ton/ha.

Menurut peneliti Balitbangtan Dr Iswari S Dewi di Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), Bogor, Senin, produktivitas padi Biobestari cukup baik mengingat produktivitas nasional padi gogo saat ini hanya sekitar 4 ton/ha.

"Selain produktivitas dan potensi hasil yang tinggi, VUB ini juga memiliki kelebihan ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB), tahan penyakit blas, toleran terhadap keracunan aluminium serta toleran kekeringan," katanya.

Menurut dia, luas areal pertanaman padi gogo tidak banyak berubah dari tahun ke tahun yakni sekitar satu juta hektare, padahal potensi areal pertanaman untuk padi gogo mencapai lebih dari dua juta hektare.

Untuk itu, ia berharap padi Biobestari ini dapat memberi dampak positif terhadap pemanfaatan lahan-lahan marjinal di Indonesia.

Iswari menambahkan sebelum pandemi COVID-19, varietas padi gogo Biobestari Agritan sudah mulai dikembangkan di Indramayu.

Selanjutnya, akan dikembangkan di daerah dengan kesesuaian lahan dan agroklimat untuk tanaman pangan semusim, serta mempunyai potensi pasar untuk dibina menjadi sentra daerah dan sentra unggulan.

Daerah tersebut yakni Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Papua.

"Agar produktivitasnya maksimal, nanti kita lengkapi juga dengan paket teknologi lain seperti sistem tanam larikan/largo," katanya.

Sebelumnya, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry mendorong petani memanfaatkan padi gogo untuk mengatasi masalah kekeringan di berbagai daerah.

Menurutnya, penggunaan varietas tahan kering akan mengurangi ongkos produksi karena tidak membutuhkan banyak air.

"Ini yang kita dorong sehingga terjadi peningkatan produktivitas padi," ujarnya.