Dispar Kulon Progo simulasi pembukaan desa wisata bertahap

id Dispar Kulon Progo,desa wisata

Dispar Kulon Progo simulasi pembukaan desa wisata bertahap

Wakil Bupati Kulon Progo Fajar Gegana bersama Dinas Pariwisata meninjau kesiapan Kedung Pedut dibuka untuk umum. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), secara bertahap melakukan simulasi uji coba pembukaan desa wisata yang dikelola oleh masyarakat dengan menerapkan protokol kesehatan bidang pariwisata.

Sekretaris Dinas Pariwisata Kulon Progo Nining Kunwantari di Kulon Progo, Selasa, mengatakan beberapa minggu terakhir Dinas Pariwisata melakukan simulasi uji coba pembukaan destinasi wisata yang dikelola masyarakat atau desa wisata.

Adapun desa wisata yang telah disimulasi, yakni Kalibiru, Pantai Glagah, Kedung Banteng, Grojogan Sewu, Taman Sungai Mudal dan Kembang Soka, serta Kedung Pedut.

"Simulasi merupakan tahapan yang harus dilalui oleh objek wisata atau desa wisata untuk bisa mengikuti uji coba terbatas di masa pandemi. Setelah simulasi nanti ada evaluasi, yang jika ada kekurangan akan segera kami sampaikan ke pengelola," kata Nining.

Pihaknya akan melakukan pemantauan secara terus menerus untuk pelaksanaan uji coba terbatas yang rencananya akan dilangsungkan pada bulan ini.

"Uji coba pembukaan wisata secara terbatas dijadwalkan bisa berlangsung Juli. Tapi kami tunggu perkembangan Pemda DIY," katanya.

Nining mengimbau pengelola wisata yang belum mengajukan permohonan simulasi untuk segera melapor. Simulasi dilaksanakan berdasarkan kesiapan pengelola wisata menyediakan sarana dan prasarana penunjang dengan Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) protokol kesehatan.

"Kami tidak berani melakukan simulasi destinasi wisata atau desa wisata tanpa adanya jaminan sarana dan prasarana yang tersedia, seperti tempat cuci tangan. Hal ini sangat penting untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19," katanya.

Wakil Bupati Kulon Progo Fajar Gegana mengatakan protokol kesehatan yang harus disediakan oleh petugas wisata mulai dari ruang isolasi, APD, tempat cuci tangan.

Ia mencontohkan pengelola Kedung Pedut yang telah memiliki tim penanganan COVID-19. Namun ia mengingatkan agar pengelola tetap berkoordinasi dengan gugus tugas setempat. "Namun harus tetap bersinergi dengan gugus tugas setempat. Mereka mungkin hanya evakuasi sampai tempat isolasi, kemudian tetap laporan ke gugus tugas kabupaten," katanya.

Ia mengingatkan Kedung Pedut yang merupakan wisata air, pengelola agar mensterilkan air untuk mengantisipasi penularan COVID-19. Jumlah pengunjung harus dibatasi, maksimal 70 persen.

"Jangan sampai berjubel. Harus jaga jarak. Di kolam renang maksimal hanya 50 persen kolam renang dan tetap harus jaga jarak. Ini harus diatur pengelola. Bisa diatur dengan cara pengunjung mengisi daftar tunggu atau daftar antrean," katanya.