Epidemiolog sebut gelombang kedua COVID-19 bisa diartikan peningkatan kasus

id Gelombang kedua,Covid-19,Peningkatan kasus

Epidemiolog sebut gelombang kedua COVID-19 bisa diartikan peningkatan kasus

Ahli epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Riris Andono Ahmad (kiri) bersama Wakil Ketua Sekretariat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 DIY Biwara Yuswantana. (FOTO ANTARA/HO/Humas Pemda DIY)

Yogyakarta (ANTARA) - Ahli epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Riris Andono Ahmad menilai bahwa istilah gelombang kedua penularan COVID-19 seperti yang disebutkan Presiden Joko Widodo bisa diartikan sebagai potensi peningkatan kasus virus itu di Tanah Air.

"Kalau bicara rentang gelombang kedua ya mungkin karena ada kemungkinan peningkatan kasus. Artinya penambahan kasus yang lebih besar dibandingkan yang terjadi saat ini," kata Riris Andono saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu.

Ia menjelaskan jika dilihat dari peta penularan, istilah gelombang kedua untuk saat ini bisa dimaknai sebagai potensi risiko lonjakan kasus. Hal itu seiring mobilitas masyarakat yang diperkirakan bakal meningkat memasuki momentum Idul Adha.

"Intinya virus kan tidak bisa jalan-jalan, yang jalan-jalan kan manusianya. Jadi setiap ada peningkatan mobilitas akan ada risiko peningkatan penularan berati kasusnya akan meningkat lebih tinggi," kata pria yang akrab disapa dr Doni ini.

Namun demikian, dari sisi peta gelombang, menurut Doni, belum dapat diartikan bahwa gelombang pertama penularan COVID-19 di Indonesia sudah berlalu. Alasannya, hingga saat ini grafik penularan masih tinggi dan belum ada tanda penurunan.

"Gelombang kan pasti ada puncaknya, ada penurunannya, baru kemudian dilanjutkan gelombang berikutnya. Saat ini kasus hariannya relatif tinggi mendatar, artinya memang belum ada tren penurunan," kata dia.

Oleh sebab itu, menurut dia, hal terpenting yang diharapkan muncul dari imbauan Presiden Jokowi soal waspada gelombang kedua COVID-19 adalah kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan tetap terjaga sehingga potensi peningkatan kasus yang lebih tinggi tidak sampai terjadi.

"Kalau masalah (peta) gelombang orang kadang bisa multiinterpretasi," kata Anggota Tim Perencanaan Data dan Analisis Gugus Tugas COVID-19 DIY ini.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa meski diprediksi ekonomi Indonesia dapat pulih dengan cepat, masyarakat harus tetap mewaspadai jangan sampai muncul gelombang kedua COVID-19.

"Namun kita tetap harus waspada, kemungkinan dan antisipasi kita terhadap risiko terjadinya gelombang kedua, second wave, dan masih berlanjutnya sekali lagi ketidakpastian ekonomi global di tahun 2021," kata Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (28/7).