Bantul perketat penerapan protokol kesehatan di objek wisata

id Objek wisata,bantul,yogyakarta

Bantul perketat penerapan protokol kesehatan di objek wisata

Objek wisata Seribu Batu di Desa Mangunan Kecamatan Dlingo, Bantul dilengkapi fasilitas cuci tangan untuk protokol kesehatan pencegahan COVID-19. ANTARA/Hery Sidik

Bantul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta memperketat penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan penularan COVID-19 di kawasan objek wisata yang sudah mulai dibuka.

"Di masa AKB (adaptasi kebiasaan baru) ini kami terapkan juga bagi sektor pariwisata yang mulai dibuka, namun tetap menerapkan protokol kesehatan lebih ketat," kata Bupati Bantul Suharsono di Bantul, Kamis.

Pemkab Bantul mulai Rabu (22/7) membuka sebagian tempat wisata favorit pada masa AKB ini, di antaranya Seribu Batu dan Pinus Asri di Desa Mangunan, Hutan Becici Muntuk dan bukit Pengger di Desa Terong.

"Tujuan dibukanya destinasi wisata di Bantul ini adalah untuk mengangkat perekonomian masyarakat yang selama kurang lebih empat bulan telah terhenti karena adanya pandemi wabah COVID-19," kata Suharsono.


Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo mengatakan, meski sebagian besar objek wisata di Bantul telah dibuka, namun para pelaku wisata dan pengunjung harus mengikuti aturan protokol kesehatan pencegahan COVID-19, antara lain tidak boleh ada kerumunan masa.

Kwintarto mengatakan, bahkan untuk pelayanan petugas kepada wisatawan di tempat wisata tentu sesuai protokol kesehatan pula, dengan selalu memakai alat pelindung diri (APD) berupa masker, dan selalu mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.

"Ketika pariwisata dibuka saat adaptasi kebiasaan baru, khususnya Pantai Parangtritis, suasananya cukup ramai seperti sebelum pandemi COVID-19 atau sekitar 12 ribu hingga 15 ribuan pengunjung per hari," kata Kwintarto.


Meski demikian, kata dia, di sektor wisata kerajinan daerah ini belum merasakan dampak dari pembukaan objek wisata di era adaptasi kebiasaan baru, dan penjualan masih belum pulih dibanding sebelum pandemi COVID-19.

"Kami masih merasa prihatin, karena di pariwisata kita merupakan pariwisata kreatif, jadi pengrajin itu masih belum bisa menjual dengan cukup bagus produk kerajinannya," kata Kwintarto.