Taiwan menyetujui penggunaan dexamethasone untuk pasien COVID-19

id obat COVID-19,dexamethasone obat COVID-19,Taiwan setujui dexamethasone,pandemi COVID-19,virus corona

Taiwan menyetujui penggunaan dexamethasone untuk pasien COVID-19

Pedagang Pasar Pramuka memperlihatkan kardus kemasan obat Dexamethasone, Kamis (18/6/2020), yang dipercaya sebagian konsumen ampuh mengobati COVID-19. (ANTARA/Andi Firdaus)

Taipei (ANTARA) - Taiwan sementara menyetujui penggunaan dexamethasone, obat dengan kandungan steroid yang lebih murah, untuk mengobati pasien COVID-19 karena persediaan remdesivir, obat yang telah banyak digunakan, mulai langka di pulau otonom tersebut.

Langkah itu dilakukan karena Amerika Serikat membeli hampir seluruh persediaan remdesivir dunia.

Wakil Direktur Jenderal Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan, Chuang Jen-hsiang, saat diwawancarai, Selasa, mengatakan para ahli kesehatan telah memutuskan dexamethasone sementara dapat digunakan untuk mengobati pasien COVID-19. Namun, ada serangkaian prosedur yang harus dilalui sebelum pasien dapat menerima obat tersebut.

Taiwan mengumumkan 476 kasus positif baru dan tambahan tujuh korban jiwa akibat COVID-19. Sebagian besar kasus baru berasal dari luar negeri dan hampir seluruh pasien telah sembuh. Otoritas kesehatan di Taiwan berhasil menekan angka penularan dan kematian berkat langkah pencegahan yang cepat dan efektif.

Kantor Berita Pusat Taiwan pada minggu ini memberitakan persediaan remdesivir cukup rendah. Remdesivir merupakan obat yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi AS, Gilead.

Taiwan mulanya telah memesan 2.000 dosis remdesivir yang seharusnya tiba pada akhir Juli, tetapi hanya 78 dosis yang tersedia. Dosis tersebut hanya dapat diberikan ke 54 pasien dengan gejala parah, demikian laporan kantor berita resmi Taiwan.

Remdesivir merupakan satu-satunya obat yang disetujui oleh Uni Eropa untuk diberikan ke pasien COVID-19 dengan gejala parah. Permintaan terhadap obat itu cukup tinggi setelah hasil uji klinisnya menunjukkan remdesivir dapat mempercepat waktu pemulihan pasien COVID-19.

Obat itu diberikan ke pasien lewat saluran infus (IV).

Sementara itu, hasil uji coba para peneliti di Inggris yang diumumkan, Juni, menunjukkan dexamethasone merupakan obat pertama yang dapat menyelamatkan nyawa pasien COVID-19. Menurut peneliti, temuan itu merupakan terobosan dalam upaya menekan korban jiwa akibat pandemi COVID-19.

Jepang pada bulan lalu juga menyetujui penggunaan dexamethasone untuk pasien COVID-19.

Sumber: Reuters
 
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024