Mensos minta KPM PKH memperhatikan pengasuhan dan pendidikan anak

id mensos,juliari batubara,kpm,pkh,anak

Mensos minta KPM PKH memperhatikan pengasuhan dan pendidikan anak

Menteri Sosial Juliari P Batubara (HO-Humas Kemensos)

Yogyakarta (ANTARA) - Menteri Sosial (Mensos) Juliari P Batubara meminta kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) untuk memperhatikan pola pengasuhan dan pendidikan terhadap anak dengan sungguh-sungguh.

"Semua orang tua pasti menginginkan anaknya sekolah tinggi, menjadi orang yang berhasil. Hal itu mulainya selalu dari rumah," kata Juliari saat memberikan materi tentang modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak di Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) Kulon Progo, DIY, Rabu (19/8).

Pendidikan dan Pengasuhan Anak merupakan salah satu modul yang diajarkan dalam P2K2 kepada KPM PKH. Selain Pendidikan dan Pengasuhan Anak, terdapat empat modul lainnya, yaitu Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha, Kesehatan dan Gizi, Perlindungan Anak, serta Kesejahteraan Sosial (Lansia dan Disabilitas).

Juliari mencontohkan pengasuhan dan pendidikan kepada anak bisa berupa menerapkan dialog agar anak mampu melindungi dirinya sendiri ketika berada di luar rumah.

Mensos menekankan bahwa kunci pendidikan di rumah adalah ibu. Untuk itu, semua tugas dan tanggung jawab pengasuhan anak di rumah menjadi urusan ibu-ibu sekalian.

"Kalau (tugas) itu bisa dilakukan dengan baik, pendamping hanya tinggal mengingatkan saja, Insya Allah anak-anak kita semua menjadi anak-anak yang tumbuh besar sesuai dengan apa yang kita harapkan," tegas Juliari di hadapan 15 ibu KPM PKH yang diatur duduk berjarak melingkar

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Pepen Nazaruddin mengatakan P2K2 dilakukan sebagai kontrol bagi pemanfaatan bansos PKH oleh KPM.

"Misalnya, apakah uangnya sudah diterima, apa yang menjadi kendala, bagaimana cara mengambil bantuan, bahkan dalam masa pandemi seperti saat ini," ujar Pepen.

Kegiatan P2K2 itu disertai dengan acara penyerahan penghargaan kepada KPM Graduasi. Murni Caturwati (51), KPM PKH asal Kabupaten Kulon Progo yang menerima penghargaan langsung dari Mensos atas keputusannya graduasi mandiri, mengisahkan proses yang ia lalui sebelum menerima bantuan PKH.

"Dulu, saya masih punya 2 anak yang harus dipenuhi kebutuhan sekolahnya, dan pada saat itu, saya belum memiliki tempat tinggal tetap untuk berteduh (rumah)," ujarnya.

Mantan KPM yang biasa dipanggil Catur ini lebih dulu merintis usaha toko kelontong yang dikelola bersama suaminya secara mandiri. "(Usaha) warung itu sudah lama, sejak menikah tahun 2005, saya sudah merintis warung kecil," katanya.

Namun, kata dia, rumah sendiri justru belum ada, "Jadi, kami cuma tinggal di warung berukuran 2,6x6 buat tidur, buat jualan selama 5 tahun di situ," kata Catur.

Terdaftar sebagai penerima PKH pada 2016, tak lantas membuat Catur berpangku tangan. Ia justru semakin gigih mengembangkan toko kelontongnya.

"Alhamdulillah, perlahan-lahan dijalani, ditekuni, seiring berjalannya waktu, omzet perputaran warung saya sekarang sekitar 2,5 juta per hari," kata dia.

Melalui PKH, serta dibarengi ketekunan dan kemampuan pengelolaan uang yang baik, toko kelontongnya terus berkembang. Kini omzetnya bisa mencapai hingga 75 juta per bulan, dan memutuskan graduasi mandiri pada akhir tahun 2019.

Ketika ditanya apakah ada rasa penyesalan setelah keluar dari kepesertaan PKH, ia menyatakan tidak menyesal. "Insya Allah, saya tidak menyesal sama sekali," kata Catur.

Sesaat sebelum mengajar P2K2, Mensos Juliari sempat mengunjungi usaha toko kelontong yang berada tidak jauh dari rumah Catur dan berinteraksi dengannya.
 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024