Petani Srikayangan Kulon Progo masuki masa tanam bawang merah

id Kulon Progo,Bulak Srikayangan,bawang merah

Petani Srikayangan Kulon Progo masuki masa tanam bawang merah

Petani menanam bawang merah di kawasan Bulak Srikayangan, Sentolo, Kulon Progo. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Tahun ini, luas tanam bawang merah di kawasan Bulak Srikayangan lebih dari 250 hektare.
Kulon Progo (ANTARA) - Petani di kawasan Bulak Srikayangan, Kecamatan/Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memasuki masa tanam bawang merah seluas 250 hektare sejak 10 Agustus hingga awal September 2020.

Anggota Kelompok Tani Makmur Srikayangan, Wakidi di Kulon Progo, Selasa, mengatakan luas lahan tanam bawang merah khusus di Bulak Srikayangan sekitar 163 hektare, namun petani dari Srikayangan melakukan perluasan lahan tanam di Desa Demangrejo, Sukoreno, dan Tuksono lebih dari 70 hektare.

"Tahun ini, luas tanam bawang merah di kawasan Bulak Srikayangan lebih dari 250 hektare," kata Wakidi.

Baca juga: Pemerintah Desa Bumirejo Kulon Progo dapat bantuan pertashop

Ia mengatakan semangat petani dari Desa/Kalurahan Srikayangan sangat tinggi untuk menanam bawang merah tahun ini. Hal ini dikarenakan harga bawang merah di pasar sangat tinggi, sehingga menjadi semangat tersendiri bagi petani menanam bawang merah.

"Semangat petani menanam bawang merah sangat luar biasa tahun ini karena harganya sangat tinggi, sehingga luas tanam bawang merah juga semakin meluas," katanyya.

Wakidi mengatakan biaya produksi bawang merah setiap hektare cukup tinggi. Hal ini dikarenakan harga bibit bawang merah sangat tinggi, yakni Rp70 ribu. Untuk luasan 1.000 meter membutuhkan anggaran pembelian benih sekitar Rp15 juta. Kalau satu hektare membutuhkan biaya benih sekitar Rp150 juta.

Baca juga: PPI Curug menggelar diklat pemberdayaan masyarakat di Kulon Progo

Kemudian, biaya tenaga kerja juga mengalami kenaikan. Pada hari-hari biasa, sebelum ada pandemi COVID-19, upah tenaga kerja hanya berkisar Rp65 ribu hingga Rp70 ribu per hari, sekarang menjadi Rp80 ribu sampai Rp85 ribu per hari untuk tenaga kerja laki-laki, sedangkan perempuan Rp70 ribu sampai Rp75 ribu perhari.

"Jumlah tenaga kerja yang terlibat untuk tanam di lahan seluas 1.000 hektare sebanyak 12 orang. Kalau satu hektare sekitar 120 orang. Pada masa tanam bawang merah ini cukup menyerap tenaga kerja di sekitar Desa Srikayangan," katanya.

Baca juga: Pemkab Kulon Progo siapkan anggaran untuk penanganan COVID-19 Rp70 miliar

Ia mengatakan kendala musim tanam tahun ini adalah tenaga kerja. Petani kesulitan mencari tenaga kerja yang mau menanam bawang merah. Seharusnya, masa tanam bawang merah pendek, yakni masa tanam lahan satu dengan lahan lainnya jarak interval waktu antara satu hingga dua minggu.

"Karena kesulitan tenaga kerja, interval waktu hingga satu bulan. Hal ini tidak bagus untuk dalam budi daya bawang merah," katanya.

Selanjutnya, kata Wakidi, persoalan yang dihadapi petani bawang merah di Srikayangan adalah persoalan air. Saat ini, Bendung Drigul tidak bisa dimanfaatkan karena talud sayap kanan dan sayap kiri ambrol dan rusak parah yang sampai saat ini tidak ada perhatian dari Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulon Progo atau intansi lain yang berwenang memperbaiki talud tersebut.

"Berdasarkan rapat koordinasi dengan panitia pompanisasi akan dikeruk dan akan diurug, namun biaya tinggi. Akhirnya diputusakan dengan pompanisasi. Selain itu, jalur irigasi dari Bendung Drigul yang membentang di area persawahan tidak berfungsi alias proyek gagal karena kualitas bangunan buruk," katanya.

Kendala lainnya, yakni biaya operasional pengairan sangat tinggi dengan pompanisasi, yang diperkirakan akan menghabiskan anggaran Rp90 juta. Belum lagi, petani kesulitan membeli bahan bakar minya (BBM), selain harus mengantongi izin dari Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo, juga terkendala adanya pembatasan di SPBU.

"Kami meminta kalau kawasan Bulak Srikayangan ditetapkan sebagai sentra bawang merah di Kulon Progo harus didukung irigasi teknis. Sehingga akan mengurangi biaya operasional dan pompanisasi," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha mengatakan pihaknya melakukan pendampingan terhadap petani bawang merah di kawasan Bulak Srikayangan.

"Kami mendampingi dari sisi budi daya hingga pengendalian organisme penggangu tanaman," katanya.

Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kulon Progo Yuliyantoro mengatakan  sudah meminta DPUPKP melakukan koordinasi dengan BBWSSO untuk memperbaiki talud Bendung Drigul.

Hal ini dikarenakan Bendung Drigul bagian dari Kali Pahah yang menjadi kewenangan BBWSSO.

"Bulak Srikayangan sebagai sentra bawang merah harus didukung jaringan irigasi yang baik. Masa tanam bawang merah hingga panen sangat menggerakan ekonomi masyarakat. Perputaran uang mencapai puluhan miliar dari tanam hingga panen dan mengurangi angka pengangguran," katanya.