Seniman "astronomical art" Venzha pamerkan karyanya di Jepang dan Thailand

id seniman,astronomical art

Seniman "astronomical art" Venzha pamerkan karyanya di Jepang dan Thailand

Seniman "astronomical art" Venzha Christ (HO-Ist)

Yogyakarta (ANTARA) - Seniman "astronomical art" Venzha Christ akan memamerkan karyanya pada dua acara internasional bertajuk "Yokohama Triennale 2020" di Jepang dan "Bangkok Art Biennale 2020" di Thailand.

"Yokohama Triennale 2020 digelar pada pertengahan September dan Bangkok Art Biennale 2020 pada pertengahan Oktober. Keduanya adalah 'event' berkala berskala besar yang pada masa pandemi COVID-19 tetap menyelenggarakan perhelatannya," kata Venzha di Yogyakarta, Senin malam.

Ia menjelaskan "astronomical art" atau "space art" merupakan penggabungan antara sains antariksa atau pengetahuan tentang luar angkasa dengan seni. "Istilah ini memang masih agak asing di telinga kita," katanya.

Namun, kata Venzha, sebenarnya ada kesinambungan atau korelasi logis di antara keduanya, yakni selalu bertemu pada titik sebuah peradaban ingin mengeksplorasi lebih jauh tentang semesta dan isinya.

Menurut dia, seni sering hanya dipandang sebagai sebuah tambahan estetik saja dari sebuah area keilmuan. Ini adalah sebuah stigma yang keliru bila ditilik dalam ranah seni dan teknologi.

Manusia, kata Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) itu, selalu ingin berkembang dan berkehendak untuk membuat peradabannya semakin mudah untuk berlangsungnya perjalanan kehidupan.

"Ranah luar angkasa menjadi salah satu area wajib yang sudah terkoneksi langsung dengan kemajuan teknologi yang kita lakukan saat ini. Kolaborasi dengan berbagai area keilmuan sangat mutlak perlu dilakukan untuk mewujudkan keinginan maju dari spesies bernama manusia ini," katanya.

Pada Yokohama Triennale 2020, dengan Direktur Artistik Raqs Media Collective, Venzha membuat simulasi penangkap frekuensi dari luar angkasa yang berupa antena dengan tinggi 3,5 meter dan berbentuk trapesium ganda, yang diberi judul "Evolution of The Unknown #07". 

Antena ini menyaring berbagai frekuensi yang ada di tempat di mana instalasi interaktif ini terpasang. Frekuensi yang sudah sampai ke bumi akan diubah sehingga menghasilkan suara yang terdengar telinga manusia.

"Visualisasi berupa gambar grafik dari modulasi frekuensi tersebut juga bisa disaksikan oleh audiens secara langsung tanpa ada proses rekam," kata alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu.

Pada Bangkok Art Biennale 2020, dengan Direktur Artistik Prof Dr Apinan Poshyananda ini, Venzha membuat tiga konstruksi metal berbentuk globe dan disusun bersama dengan dimensi ukuran 4 meter, yang diberi judul "Mars is (not) a Simulation - a terraforming paradox after the mission".

"Kedua karya yang diusung pada kedua 'event' tersebut adalah hasil dari beberapa riset yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, dan merupakan hasil kolaborasi dengan beberapa astronom dan astrophysics dari beberapa negara," katanya.

Venzha mengatakan dirinya merupakan satu-satunya seniman Indonesia yang diundang pada kedua "event" tersebut. Dia akan hadir dengan Indonesia Space Science Society (ISSS) dan v.u.f.o.c lab.
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024