Yogyakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendukung terbentuknya "start up" kerajinan dan batik dengan memberikan fasilitas bahan produksi.
"Hal itu sejalan dengan arahan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita bahwa produk industri kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri, karena kita punya pasar domestik yang sangat besar, yang merupakan potensi bagi kita," kata Kepala BPPI Dr Doddy Rahardi MT dalam rilis, Selasa.
Seperti yang telah dilaksanakan setiap tahun sejak 2016, maka pada 2020 di masa pandemi COVID-19, BPPI melalui Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta bekerja sama dengan Sekretariat BPPI dan Puslitbang Industri Agro Kemenperin terus mendorong tumbuh industri baru yang inovatif di bidang kerajinan dan batik.
Kegiatan Innovating Jogja merupakan pencarian "start up" berbasis inovasi di bidang kerajinan dan batik yang dilaksanakan melalui sistem kompetisi ide inovasi bisnis. Proses seleksi ide bisnis dan produk inovatif telah dilaksanakan sejak Februari 2020. Sebanyak 91 proposal ide diterima oleh panitia.
Setelah melalui seleksi administrasi dan seleksi substansi proposal, terpilih 30 peserta yang mengikuti kegiatan "bootcamp" pengembangan bisnis yang dilakukan selama 5 hari pada Agustus 2020. Peserta yang telah mengikuti "bootcamp" kemudian mengikuti seleksi bisnis plan yang dilaksanakan pada 18-19 Agustus 2020.
Setelah hasil penjurian terpilih 5 peserta yang memiliki ide bisnis inovatif, rencana bisnis yang baik, dan semangat kewirausahaan yang baik, yaitu:
1. Eyster Puspitasari dengan nama usaha Puspita Batik Indigo Natural Dye dengan inovasi Blue Gold Instant (Paket Zat Warna Indigo lengkap dengan reduktor dan alkalinya).
2. Alfira Oktavia dengan nama usaha Semilir dengan produk inovasi teknik ecoprint pada kulit kayu lantung.
3. Agung Setiawan, ST dengan nama usaha Woodeco Indonesia dengan produk inovasi wooden jewelry box dan wooden ring box dari limbah kayu industri furniture.
4. Annisa Septipanindya Sari dengan nama usaha Artsy Craft dengan inovasi produk mahar dari produk bunga kering.
5. Dian Kartini dengan nama usaha Toja Indonesia dengan inovasi produk penerapan ragam hias nusantara pada produk rajut.
Lima orang yang lolos seleksi tersebut kemudian akan dibina sebagai tenant inkubator bisnis Innovating Jogja di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB). Mereka akan menerima Pendampingan Manajemen Mutu Produk dari BBKB dan Pendampingan Bisnis dari BHMTC.
Selain itu mereka juga mendapatkan fasilitas bahan produksi sebesar Rp20 juta dari Puslitabang Industri Agro Kemenperin. Penyerahan fasilitasi produksi diberikan oleh Kepala BPPI Kemenperin Doddy Rahardi di BBKB Yogyakarta, Kamis (27/8), serta dihadiri Kepala Dinas Perindustian dan Perdagangan DIY Aris Riyanta.
"Berbeda dengan tahun-tahun lalu, beberapa kendala pada pandemi COVID-19 yang terjadi kami terus mendorong pelaksanaan kegiatan Innovating Jogja 2020 ini, mulai dari sosialisasi kegiatan, pendaftaran, seleksi administrasi, presentasi proposal sampai kegiatan 'bootcamp' dan 'pitching' peserta dilakukan secara 'online'. Teknologi informasi telah membuat kita dapat mengurangi pertemuan fisik," kata Kepala BBKB Ir Titik Purwati Widowati.
Sejumlah hasil litbang BBKB telah dimanfaatkan oleh para tenant Innovating Jogja antara lain Teknik Batik Latar Ringkel yang telah digunakan oleh Tizania Jumputan (Tenant Innovating Jogja tahun 2018) dan Teknologi Aplikasi Nanopartikel ZnO untuk Produk Batik Antibakteri yang telah diterapkan oleh CV Smart Batik Indonesia (Tenant Innovating Jogja tahun 2019).
"Penerapan teknologi antibakteri pada batik sangat diminati oleh para penggemar batik di tengah merebaknya wabah virus corona yang terjadi saat ini," katanya.
Atas pendampingan yang dilakukan pada kegiatan Innovating Jogja itu mereka mampu bertahan pada masa pandemi COVID-19. Bahkan beberapa tenant Innvovating Jogja lain seperti Djadi Batik dan RaMundi juga mengalami peningkatan permintaan produk.
Djadi Batik memiliki usaha untuk memproduksi batik dengan gaya korea yang digemari generasi milenial, melakukan inovasi dengan membuat handbook yang dibuat dengan batik dikombinasi bahan plastik sehingga dapat berfungsi sebagai hazmat yang cantik.
Omzet Djadi Batik mengalami peningkatan sebesar 50 persen di masa pandemi. Sedangkan Ramundi yang memproduksi pakaian bayi dari bahan batik juga mengalami peningkatan omzet sebesar 70 persen dengan strategi "packaging" dan pemasaran "online".
"Melalui kegiatan Innvoating Jogja tahun 2020 diharapkan Kemenperin mampu mendorong, mengawal, dan menfasilitasi ide-ide dan inovasi luar biasa yang baru sehingga mampu menjadi industri baru dari seluruh Indonesia," katanya.
Berita Lainnya
Kartu "start up" Prabowo-Gibran bisa lahirkan pengusaha baru
Rabu, 6 Desember 2023 11:39 Wib
Bawaslu Sleman mengawasi bacaleg curi start kampanye
Minggu, 5 November 2023 12:13 Wib
AS balas Rusia terkait nuklir
Sabtu, 3 Juni 2023 7:45 Wib
Dina Aulia tak konsentrasi pascakena kartu hijau saat start
Kamis, 11 Mei 2023 6:52 Wib
Bank di Indonesia tak terpengaruh penutupan SVB
Selasa, 14 Maret 2023 6:21 Wib
"Start up" Indonesia PHK karyawan, Menkop beri tanggapan
Selasa, 20 Desember 2022 6:01 Wib
Wapres: Pemerintah siapkan langkah menghadapi gelombang PHK "start-up"
Rabu, 23 November 2022 16:42 Wib
Ini start pembalap GP di Monza
Minggu, 11 September 2022 7:07 Wib