Pemenuhan "digital talent" jadi PR ekonomi digital Yogyakarta

id ekonomi digital,digital talent,yogyakarta

Pemenuhan "digital talent" jadi PR ekonomi digital Yogyakarta

Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian Rizal Edwin Manangsang di sela kunjungan di Yogyakarta, 15 Oktober 2020. (Eka AR)

Yogyakarta (ANTARA) - Pemenuhan “digital talent” yang memiliki keahlian spesifik dinilai masih menjadi pekerjaan rumah sekaligus tantangan yang harus diselesaikan untuk mengembangkan ekonomi digital di Kota Yogyakarta, ujar Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian Rizal Edwin Manangsang.

“Permasalahan tersebut juga terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Jumlah ‘digital talent’ masih sangat kurang karena dibutuhkan sembilan juta digital talent untuk mendukung pengembanagan ekonomi digital,” kata Rizal di sela kunjungannya di Yogyakarta, Kamis.

Meskipun demikian, lanjutnya, Kota Yogyakarta sudah memiliki modal yang cukup kuat untuk bisa mempercepat laju perkembangan ekonomi digital karena didukung dengan keberadaan e-government, e-business, dan e-society yang cukup kuat.

“Saya kira, perkembangan ekonomi digital di Kota Yogyakarta tidak perlu dikhawatirkan, apalagi di seluruh wilayah hingga tingkat rukun warga sudah dilengkapi dengan titik wi-fi publik,” katanya.

Program Gandeng-Gendong yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, lanjut dia, juga menjadi modal yang tidak boleh disepelekan dalam upaya pengembangan ekonomi digital.

“Saya melihat, dalam program tersebut ada kerjasama yang baik antara pemerintah daerah, akademisi, perusahaan, komunitas dan juga kampung,” katanya.

Meskipun demikian, ia juga mendorong agar Kota Yogyakarta memiliki sentra IKM yang mampu memproduksi produk khas Kota Yogyakarta sehingga produk tersebut dikenal luas di seluruh Indonesia bahkan bisa diekspor ke luar negeri.

“Dengan sentra IKM, maka diharapkan mengurangi potensi persaingan antar pelaku usaha kecil mikro karena dalam satu komunitas melakukan proses produksi dari hulu hingga hilir yaitu dari pemenuhan bahan baku, pengolahan, hingga nanti pemasarannya. Seluruh pelaku UKM bergotong royong,” katanya.

Namun demikian, ia juga berharap agar pelaku UKM meningkatkan kompetensi yaitu dari peningkatan kualitas produk hingga kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Sementara itu, dukungan pengembangan ekonomi digital di Kota Yogyakarta difasilitasi melalui aplikasi Jogja Smart Service (JSS), salah satunya menu Nglarisi dan Dodolan. Kedua menu tersebut masing-masing berisi produk kuliner dan produk kerajinan dari pelaku UKM di Kota Yogyakarta.

Staf Ahli Wali Kota Yogyakarta Bidang Kesejahteraan Rakyat Septi Sri Rejeki mengatakan, sudah ada lebih dari 200 kelompok kuliner di masyarakat yang tergabung dalam Nglarisi. Kelompok kuliner tersebut memenuhi kebutuhan jamuan makan dan minum untuk berbagai acara yang diselenggarakan Pemerintah Kota Yogyakarta.

“Program ini akan terus dikembangkan lebih luas sehingga konsumennya tidak terbatas instansi di lingkungan Pemkot Yogyakarta saja tetapi juga masyarakat umum,” katanya.

Selain itu, juga dikembangkan transaksi daring untuk pedagang di Pasar Beringharjo sehingga konsumen cukup membayar menggunakan aplikasi uang elektronik di telepon selular.

Pemerintah Kota Yogyakarta juga tengah merampungkan Rumah Kreatif yang menempati rooftop Pasar Prawirotaman yang nantinya diharapkan menjadi ekosistem pelaku ekonomi kreatif di Yogyakarta.

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024