Tokyo (ANTARA) - Shionogi & Co sedang merencanakan uji klinis salah satu vaksin COVID-19 pada akhir tahun yang nantinya menjadi vaksin dalam negeri pertama yang mencapai pasar, saat dunia berlomba untuk mengamankan dosis yang cukup untuk memerangi pandemi.
Perusahaan berencana untuk memasukkan kandidat vaksinnya ke dalam uji klinis Fase 1 pada bulan Desember dan beralih ke Fase 2 pada Januari dan mengajukan permohonan persetujuan sementara dari pemerintah, kepala eksekutif Shionogi, Isao Teshirogi mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
Tetapi uji coba Fase 3 kemungkinan akan dilakukan di luar negeri karena relatif kurangnya kasus COVID-19 di Jepang, katanya.
Rencana Shionogi untuk memiliki dosis yang cukup untuk menginokulasi 30 juta orang pada akhir tahun depan berarti dampaknya akan jauh lebih besar daripada penggerak pertama AnGes Inc yang berbasis di Osaka, yang mengharapkan dosis pertamanya siap pada Maret.
"Untuk alasan keamanan nasional, memiliki kapasitas yang baik di Jepang sangat masuk akal," kata Teshirogi.
Sementara Shionogi tertinggal dari pemain global yang sekarang melakukan uji klinis tahap akhir massal, Shionogi bertaruh pada platform yang terbukti untuk membantunya menjadi produsen vaksin COVID-19 terbesar di Jepang. Produsen obat Prancis Sanofi SA dan Novavax menggunakan proses serupa pada kandidat vaksin COVID-19 mereka.
"Saya pikir vaksin protein rekombinan kami, metode bijaksana, memiliki lebih banyak data terakumulasi tentang kemanjuran dan keamanan daripada metode baru," kata Teshirogi.
Metodologi yang lebih baru seperti vaksin mRNA mungkin akan menjadi solusi, "tapi sampai hari ini, kami tidak tahu apa-apa", katanya.
Perdana Menteri Yoshihide Suga telah berjanji untuk menyediakan vaksin yang cukup bagi masyarakat pada pertengahan 2021, dan Jepang telah mencapai kesepakatan untuk ratusan juta dosis dengan perusahaan - perusahaan termasuk AstraZeneca Plc dan Pfizer Inc.
Shionogi telah menerima sekitar 400 juta dolar AS dari pemerintah Jepang untuk produksi vaksin COVID-19.
Tetapi dunia akan membutuhkan beberapa vaksin berbeda untuk melawan pandemi, mengingat besarnya permintaan global, efek pada populasi yang berbeda, dan kemungkinan batas keefektifan pada vaksin pertama.
Teshirogi mengatakan penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas Tokyo yang ditunda pada 2021 "masih mungkin", tetapi itu akan lebih bergantung pada pengujian diagnostik sangat cepat dan logistik daripada vaksin.
"Menerima vaksin bukanlah yang disebut lisensi aman," katanya.
Berita Lainnya
Timnas Indonesia kontra Korsel di perempat final Piala Asia U-23
Selasa, 23 April 2024 1:09 Wib
Dua heli militer kecelakaan, satu tewas dan tujuh hilang
Senin, 22 April 2024 21:04 Wib
Ketum PSSI puji timnas U-23 menuju delapan besar
Senin, 22 April 2024 6:24 Wib
Fesyen Indonesia ikuti Fashion World Tokyo 2024
Kamis, 18 April 2024 4:27 Wib
Pembalap Verstappen juarai GP Jepang
Senin, 8 April 2024 12:09 Wib
Dipulangkan ke Indonesia, enam jenazah kecelakaan kapal di perairan Jepang
Sabtu, 6 April 2024 21:45 Wib
Pembalap Verstappen rebut pole GP Jepang
Sabtu, 6 April 2024 17:26 Wib
Pembalap Sainz ingin gabung tim baru
Sabtu, 6 April 2024 9:15 Wib