Pasien COVID-19 sembuh di Bantul menjadi 1.223 orang

id RS COVID-19

Pasien COVID-19 sembuh di Bantul menjadi 1.223 orang

Petugas Dinkes Bantul khusus menangani kasus positif COVID-19. ANTARA/Hery Sidik

Bantul (ANTARA) - Pasien yang dinyatakan sembuh dari infeksi COVID-19 di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam 24 jam terakhir bertambah 180 orang, sehingga total angka kesembuhan dari paparan virus corona baru tersebut per Senin menjadi 1.223 orang.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Bantul dalam keterangan resminya, Senin malam, menyebutkan kasus konfirmasi COVID-19 yang sembuh 180 orang itu sebagian besar berasal dari Kecamatan Sewon dengan sebanyak 169 orang.

Selanjutnya dari Kecamatan Banguntapan empat orang, Kecamatan Bantul dua orang, Kecamatan Bambanglipuro dua orang, kemudian sisanya dari Kecamatan Kasihan, Pajangan dan Kecamatan Kretek masing-masing satu orang.

Namun demikian Gugus Tugas COVID-19 juga melaporkan adanya penambahan kasus konfirmasi 12 orang berasal dari Kecamatan Pajangan tujuh orang, kemudian sisanya dari Kecamatan Kasihan, Sewon, Banguntapan, Pleret dan Kecamatan Jetis masing-masing satu orang.

Dengan demikian total kasus positif COVID-19 di Bantul secara akumulasi 1.495 orang.

Kemudian kasus positif COVID-19 yang meninggal dalam sehari terakhir ada dua orang, berasal dari Kecamatan Sewon dan Pleret, sehingga total kasus COVID-19 meninggal di Bantul sampai saat ini sebanyak 34 orang.

Dengan begitu, pasien positif COVID-19 aktif domisili Bantul yang masih menjalani isolasi di Rumah Sakit Lapangan Khusus COVID-19 (RSLKC) Bantul dan sejumlah rumah sakit rujukan saat ini berjumlah 238 orang.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Bantul Sri Wahyu Joko Santosa mengatakan, dalam rangka pengendalian kasus COVID-19, pemkab berkomitmen untuk mengedepankan upaya tracing dan testing dengan menyasar pada komunitas atau populasi beresiko tinggi penularan corona.

"Akhir-akhir ini kami sedang melakukan beberapa tracing dan pencegahan di tempat pendidikan, karena sebelumnya kami banyak menemukan kasus positif di tempat pendidikan berasrama, yaitu pondok pesantren," katanya.