Jepang umumkan keadaan darurat untuk Tokyo

id keadaan darurat tokyo,jepang,virus corona,perdana menteri yoshihide suga

Jepang umumkan keadaan darurat untuk Tokyo

Warga memakai masker pelindung di stasiun Shinagawa saat jam sibuk setelah pemerintah memperluas keadaan darurat ke seluruh negeri menyusul penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) di Tokyo, Jepang, Senin (20/4/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/hp/cfo

Tokyo (ANTARA) - Jepang mengumumkan keadaan darurat terbatas di Tokyo dan tiga prefektur sekitarnya, Kamis (7/1) untuk membendung laju penyebaran virus corona.

"Pandemi global lebih parah dari yang kami perkirakan, tetapi saya berharap kami bisa mengatasi ini. Agar ini terjadi, saya harus meminta warga untuk menjalani hidup dengan beberapa batasan," kata Perdana Menteri Yoshihide Suga dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.

Pemerintah mengatakan keadaan darurat selama satu bulan akan berlangsung dari Jumat (8/1) hingga 7 Februari di prefektur Tokyo dan Saitama, Kanagawa dan Chiba, yang mencakup sekitar 30 persen dari populasi Jepang.

Pembatasan akan berpusat pada pemberantasan penularan di bar dan restoran, yang menurut pemerintah merupakan area berisiko tinggi. Cakupan pembatasan lebih sempit daripada yang diberlakukan pada April di bawah keadaan darurat yang berlangsung hingga akhir Mei.

Pada saat itu, pembatasan dilakukan secara nasional dan sebagian besar sekolah serta bisnis non-esensial ditutup. Kali ini, sekolah tidak ditutup.

Pemerintah Perdana Menteri Yoshihide Suga sedang berusaha untuk membatasi kerusakan pada ekonomi terbesar ketiga di dunia itu sambil berusaha untuk mengalahkan virus corona untuk selamanya karena akan menggelar Olimpiade musim panas yang ditunda.

Beberapa ahli medis mengatakan mereka khawatir rencana pemerintah untuk pembatasan terbatas mungkin tidak cukup.

"Kita mungkin perlu memikirkan tentang keadaan darurat nasional," kata Toshio Nakagawa, presiden Asosiasi Medis Jepang, pada Rabu (6/1).

Suga mengatakan kerusakan ekonomi tidak terhindarkan tetapi dia akan melindungi pekerjaan dan bisnis dengan paket stimulus 70 triliun yen (sekitar Rp9.505 tirliun), yang sedang diluncurkan.

Jepang, meskipun tidak begitu parah terdampak pandemi daripada di banyak tempat, belum dapat mengendalikan virus sejauh beberapa negara di kawasan itu, dengan penghitungan harian baru lebih dari 7.000 kasus untuk pertama kalinya pada Kamis.

Tokyo khususnya, telah menjadi sumber kekhawatiran dengan penghitungan tes positif melonjak menjadi 2.447 kasus pada Kamis, dari rekor 1.591 kasus pada hari sebelumnya.

Secara keseluruhan, Jepang telah mencatat 267.000 kasus dan hampir 3.000 kematian. Pihak berwenang bertujuan untuk memulai kampanye vaksinasi pada akhir Februari.


Sumber: Reuters
Pewarta :
Editor: Eka Arifa
COPYRIGHT © ANTARA 2024