Produksi padi di Kulon Progo capai 126.003 ton pada 2020

id Kulon Progo,realisasi produksi padi,Dinas Pertanian dan pangan

Produksi padi di Kulon Progo capai 126.003 ton pada 2020

Panen padi di Pronosutan (Ubud Van Jogja) di Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Realisasi produksi padi di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencapai 126.003 ton dengan luas panen seluas 19.038 hektare dengan produktivitas 66,18 kuintal per hektare gabah kering panen pada 2020.

"Hampir sepanjang tahun di Kabupaten Kulon Progo selalu ada panen baik pada lahan yang beririgasi teknis maupun lahan yang beririgasi kecil/desa. Angka sementara produksi padi di Kabupaten Kulon Progo pada 2020 sebesar 126.003 ton," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha di Kulon Progo, Jumat.

Ia mengatakan setiap tahun terdapat surplus beras rata-rata 30.000 - 45.000 ton. Peningkatan produksi dan produktivitas padi melalui intensifikasi dan ekstensifikasi/ cetak sawah yang sampai dengan saat ini sudah mencapai 205 hektare. Selain itu, Kabupaten Kulon Progo bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Balitbangtan Yogyakarta) mengembangkan padi varietas Inpari Ir Nutri Zinc yang mempunyai kandungan Zinc tinggi dibanding varietas padi lainnya, sehingga sangat berperan dalam rangka penurunan kasus stunting di wilayah ini.

"Saat ini, cetak sawah baru terus ditingkatkan. Rata-rata per tahun mencetak sawah baru seluas 50 hektare. Hal ini untuk mengganti lahan pertanian yang beralih fungsi untuk proyek pembangunan di Kulon Progo, dan kegiatan ekonomi lainnya. Untuk itu, kami berharap ada alokasi khusus untuk program cetak sawah baru dan infrastruktur pendukungnya," katanya.

Aris mengatakan Dinas Pertanian dan Pangan juga melakukan berbagai langkah strategis untuk mewujudkan pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan serta pemenuhan pangan yang aman, di Kabupaten Kulon Progo telah dikembangkan pertanian organik yaitu sistem budi daya pertanian yang berorientasi pada pemanfaatan bahan-bahan alami lokal tanpa menggunakan bahan kimia sintesis.

Rintisan pertanian organik ini dilaksanakan di Desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan dan 3 kelompok tani yang sudah mendapatkan sertifikasi organik dari Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) LeSOS, Mojokerto, Jawa Timur, seluas 23 hektare dan Sertifikat Produk Dalam Negeri (PD) dari OKKPD-DIY. Ketiga kelompok tani tersebut yaitu KT Tegal Mulyo, KT Sri Jati dan KT Jatingarang Lor.

"Pada musim saat ini kelompok tani tersebut sudah siap menyalurkan beras organik ke konsumen dengan merk dagang Jatisarono Organik Sehat Sejahtera (JOSS)," katanya.

Anggota DPRD Kulon Progo Upiyo Al Hasan meminta Pemkab Kulon Progo mempercepat cetak sawah baru. Proyek nasional yang ada di Kulon Progo berdampak pada alih fungsi lahan pertanian atau produktif. Hal ini akan berdampak pada pengurangan lahan pertanian.

"Kami berharap cetak sawah baru ini menjadi solusi untuk mengganti lahan yang beralih fungsi. Di sisi lain juga tidak menghambat pembangunan di Kulon Progo," katanya.