Pemkot Yogyakarta harap kasus Jogoboro Malioboro tidak terulang

id Jogoboro,Malioboro,wisatawan

Pemkot Yogyakarta harap kasus Jogoboro Malioboro tidak terulang

Dokumentasi - Personel keamanan di Malioboro, Jogoboro, menjalankan protokol kesehatan dengan memindai suhu tubuh wisatawan yang akan masuk Malioboro dan memandu wisatawan memindai QR Code untuk pendataan, 15 Juli 2020. ANTARA/Eka A.R.

Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta berharap tidak terulang lagi kasus petugas pengamanan di kawasan wisata Malioboro (Jogoboro) yang diduga membuat pengunjung atau wisatawan merasa tidak nyaman.

"Kasus tersebut menjadi pembelajaran bersama dan tentunya akan ditindaklanjuti dengan peningkatan kapasitas petugas di lapangan," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Senin.

Kasus yang melibatkan Jogoboro dengan pengunjung di Malioboro sempat viral di media sosial usai pengunjung tersebut mengunggah cerita yang dialaminya saat berada di Malioboro.

Pengunjung tersebut menilai sikap yang ditunjukkan Jogoboro tidak sopan dan membuatnya merasa tidak nyaman.

Usai cerita tersebut viral, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro pun memastikan sudah memberikan sanksi kepada Jogoboro yang dimaksud.

"Jika sudah diberi sanksi, berarti memang ada kesalahan yang dilakukan petugas di lapangan. Tentunya ke depan, petugas dalam menjalankan tugasnya harus bersikap tegas tetapi sopan," kata Heroe.

Ia pun menyebut akan melakukan pembinaan kepada petugas keamanan di Malioboro dalam menjalankan tugas pelayanan dan pengamanan sehari-hari untuk mengedepankan sikap sopan, tegas, dengan tetap menghargai wisatawan.

Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Kota Yogyakarta Susanto Dwi Antoro mengatakan bahwa kasus yang melibatkan Jogoboro tersebut menjadi pemantik bahwa seluruh elemen memiliki tanggung jawab yang sama dalam memberikan solusi atas permasalahan pariwisata di Kota Yogyakarta.

"Masalah yang terjadi di Malioboro harus dicari solusinya bersama-sama, termasuk kasus yang viral, yaitu pengakuan adanya perilaku tidak menyenangkan yang dialami wisatawan, kemudian diunggah ke media sosial. Saya kira, perlu ada mediasi untuk kasus ini," katanya.

Mediasi antara UPT Malioboro mewakili Jogoboro dan netizen yang mengunggah cerita tersebut, menurut dia, dibutuhkan agar informasi ke publik lebih terbuka dan berimbang.

"Masalah apa pun di Malioboro akan memberikan dampak pada citra pariwisata di kawasan tersebut. Semua pihak harus memiliki kesadaran bagaimana menaati aturan dan bagaimana pelayanan harus dijalankan," katanya.

Ia pun mengajak masyarakat Yogyakarta untuk bijak dalam menyikapi informasi yang berkembang dan tidak mudah terpancing untuk menyampaikan opini yang bersifat negatif.
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024