KTB bantaran sungai Yogyakarta diminta meningkatkan kewaspadaan banjir

id kampung tangguh bencana,banjir, bantaran sungai,yogyakarta

KTB bantaran sungai Yogyakarta diminta meningkatkan kewaspadaan banjir

Dokumentasi - Simulasi penanganan bencana di Kota Yogyakarta, 12 November 2020. ANTARA/Eka AR

Yogyakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengingatkan seluruh kampung tangguh bencana (KTB) di bantaran sungai untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi meluapnya air sungai ke permukiman.

“Semua wilayah bantaran sungai memiliki tingkat kerawanan yang sama untuk potensi banjir bahkan tanah longsor apabila masih ada tebing yang tinggi,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Nur Hidayat di Yogyakarta, Kamis.

Berdasarkan pemetaan BPBD Kota Yogyakarta, wilayah yang memiliki potensi luapan air sungai di antaranya di Kecamatan Tegalrejo, Gondokusuman, Danurejan, Gondomanan, dan Mergangsan.

Seluruh wilayah di bantaran sungai tersebut, lanjut Nur, sudah memiliki kampung tangguh bencana (KTB).

BPBD Kota Yogyakarta akan melakukan koordinasi dengan seluruh KTB untuk meningkatkan kewaspadaan potensi luapan air sungai, terutama jika terjadi hujan deras di wilayah Kota Yogyakarta dan di area hulu. Sebagian besar sungai yang mengalir di Kota Yogyakarta memiliki hulu di Gunung Merapi.

“KTB di wilayah akan bertugas melakukan koordinasi penanganan bencana, seperti penyiapan titik evakuasi atau pengungsian sementara untuk warga yang terdampak,” katanya.

Selama puncak musim hujan pada Januari hingga pertengahan Februari, BPBD Kota Yogyakarta menyebut belum pernah ada kejadian luapan air sungai ke permukiman.

“Pantauan kedalaman air sungai paling tinggi terjadi sekitar dua pekan lalu, yaitu di Sungai Code dan tidak sampai menyebabkan banjir ke permukiman. Sampai saat ini kondisi sungai juga terkendali,” katanya.

KTB di wilayah juga diminta untuk memastikan seluruh peralatan yang dimiliki dalam kondisi baik dan siap difungsikan sewaktu-waktu terjadi bencana.

“Kami pun memastikan seluruh peralatan ‘early warning system’ (EWS) di seluruh sungai berfungsi baik. Saat EWS berbunyi, maka masyarakat harus tanggap untuk segera melakukan antisipasi potensi luapan air,” katanya.

Kebutuhan anggaran untuk penanganan dampak bencana, lanjut Nur, juga dipastikan siap untuk kebutuhan personel reaksi cepat, tenaga assessment, hingga bantuan material untuk perbaikan kerusakan.
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024