Epidemiolog UGM: Ada kemungkinan varian baru COVID-19 muncul di Indonesia

id Covid-19,Yogyakarta

Epidemiolog UGM: Ada kemungkinan varian baru COVID-19 muncul di Indonesia

Ilustrasi - Virus Corona baru penyebab COVID-19. (ANTARA/HO/pri)

Kemungkinannya (varian baru, red.) sangat besar, tapi kemungkinan kita bisa mendeteksinya kurang begitu besar.
Yogyakarta (ANTARA) - Ahli Epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dr. Bayu Satria Wiratama menyebut ada kemungkinan varian atau strain baru virus penyebab COVID-19 muncul di Indonesia.

"Kemungkinannya (varian baru, red.) sangat besar, tapi kemungkinan kita bisa mendeteksinya kurang begitu besar," kata dia di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, upaya deteksi varian baru itu belum bisa dilakukan secara optimal karena kegiatan surveilans genomik SARS COV-2 di Tanah Air saat ini belum maksimal.

Baca juga: Gunung Merapi meluncurkan guguran lava pijar sejauh 1,2 kilometer

Kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap genomik virus corona baru, menurut dia, masih kecil.

"Baru sekitar 0,03 persen dari seluruh sampel kita, masih kecil," katanya.

Ia menyampaikan potensi munculnya strain baru virus penyebab COVID-19 dari Indonesia cukup besar.

 Pasalnya, kata dia, penularan COVID-19 di Indonesia masih aktif dan cukup luas di berbagai wilayah.

Baca juga: Pasien sembuh dari COVID-19 di DIY bertambah 227 kasus

Penularan yang terjadi secara terus-menerus, kata Bayu, membuat potensi virus untuk bermutasi kian besar. Terlebih virus SARS COV-2 merupakan tipe virus RNA seperti virus influenza yang mudah bermutasi.

"Dampak paling serius adalah kita akan terus-menerus mengembangkan vaksin. Sebab mutasinya tidak pernah bisa secara efisien dihentikan oleh vaksin sebelumnya dan penularan akan terus berlanjut," kata dia.

Untuk menekan transmisi dan mengantisipasi munculnya varian baru virus SARS CoV-2, Bayu menekan pemerintah terus meningkatkan strategi 3T yakni testing, tracing, dan treatment.

Selain itu, masyarakat diminta mematuhi 5M seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, serta menghindari kerumunan.

"Mutasi virus ini bisa terjadi karena 3T dan 5M yang masih lemah. Walaupun mutasi terjadi sifat penularannya sama jadi tetap bisa dicegah dengan 5M," kata dia.



 
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024