Disdag: Harga cabai di Bantul naik karena stok berkurang

id Dinas Perdagangan Bantul

Disdag: Harga cabai di Bantul naik karena stok berkurang

Kepala Dinas Perdagangan Bantul Sukrisna Dwi Susanto (Foto ANTARA/Hery Sidik)

Bantul (ANTARA) - Harga cabai di tingkat pedagang pasar di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, naik pada awal Maret ini karena stok salah satu komoditas bahan pokok tersebut berkurang.

"Yang jelas dalam perdagangannya, barang itu agak langka, karena banyak petani yang tidak panen cabai, karena curah hujan cukup tinggi, sehingga tanaman cabai rawit busuk," kata Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Bantul Sukrisna Dwi Susanto di Bantul, Selasa.

Menurut dia, berdasarkan data Dinas Perdagangan pada awal Maret, harga cabai rawit rata-rata Rp80 ribu per kilogram, harga itu berasal dari lima pasar rakyat yang rutin dipantau petugas dinas, yaitu Pasar Bantul, Pasar Imogiri, Pasar Niten, Pasar Pijenan, dan Pasar Piyungan.

Namun demikian, kata dia, dalam kondisi normal harga cabai rawit di pasaran cenderung fluktuatif berkisar antara Rp20 ribu sampai Rp25 ribu per kilogram, akan tetapi saat musim panen raya harganya menurun bisa mencapai Rp12 ribu sampai Rp15 ribu per kilogram.

"Yang saya amati rata-tata di bawah Rp25 ribu namun di atas Rp20 ribu per kilogram, tetapi pas musim hujan Januari-Februari ini barangnya langka karena banyak tidak panen, dan itu terjadi di mana-mana, terutama di Jawa yang curah hujan tinggi," katanya.

Dia mengatakan karena stok komoditas cabai terbatas sementara permintaan konsumen akan kebutuhan pokok tetap, harganya semakin naik, hal tersebut sudah menjadi hukum pasar.

"Jadi intinya barang sedikit, masyarakat pembeli seperti biasa, sehingga otomatis harganya naik, hukum pasar seperti itu. Kalau permintaan cabai stagnan, karena warung terutama kuliner yang biasanya pakai cabai tidak bisa dikurangi, biasanya pedas jadi tidak pedas kan tidak mungkin," katanya.

Untuk menyikapi lonjakan harga cabai di pasaran, pihaknya hanya bisa mengimbau masyarakat agar mengurangi pemakaian cabai dalam konsumsi sehari-hari jika memang harganya memberatkan, karena operasi pasar komoditas cabai tidak mungkin ditempuh.

"Menunggu stoknya ada, karena kalau mau operasi pasar juga tidak mungkin karena barangnya tidak ada, kalau cabai tidak pernah kami lakukan operasi pasar, jadi kalau masyarakat mau sebetulnya hari ini tidak membuat sambal tidak apa-apa, jadi 'ngampet' (nahan) dulu," katanya.
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024