Kulon Progo menyeleksi petani milenial yang akan magang ke Jepang

id Petani milenial,Kulon Progo,Dinas Pertanian dan Pangan

Kulon Progo menyeleksi petani milenial yang akan magang ke Jepang

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyeleksi enam petani milenial untuk mengikuti program magang ke Jepang dalam rangka regenerasi petani produktivitas di sektor tersebut meningkat.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha di Kulon Progo, Rabu, mengatakan enam petani milenial tersebut berasal dari Kecamatan Samigaluh, Galur, Sentolo, Panjatan, Wates dan Girimulyo.

"Dari enam itu, ada empat yang masih bertahan sampai seleksi terakhir yakni fisik sebelum pemberangkatan. Saat ini kami tinggal menunggu informasi selanjutnya," kata Aris.

Ia mengatakan program magang ke Jepang bagi petani milenial ini merupakan program dari Kementrian Pertanian yang bekerja sama dengan pemkab dan pemprov. Tujuan program tersebut adalah sebagai upaya untuk memberikan pengetahuan kepada petani muda tentang teknologi pertanian di negara maju.

Ia berharap dengan ilmu yang sudah didapat petani milenial dari magang tersebut harapannya kemudian bisa diaplikasikan ke Kulon Progo. Sehingga produktifitas di sektor pertanian bisa meningkat dan pemanfaatan teknologinya juga dapat dimaksimalkan.

"Program petani milenial ini harapannya bisa meningkatkan pendapatan petani dari sisi efisiensi produksi. Serta peningkatan pemanfaatan teknologi baik secara budidaya, pengolahan hingga pemasaran dengan menggunakan IT juga maksimal," katanya.

Menurut Aris, program magang dengan tujuan meregenerasi petani adalah momen yang tepat untuk kondisi saat ini. Saat ini, banyak petani di Kulon Progo yang berusia lanjut, sehingga pembutuhkan regenerasi.

"Pada masa pandemi COVID-19 juga mendorong minat anak muda terjun ke sektor pertanian karena sektor lain tengah terdampak. Bahkan sektor pertanian tidak terkontraksi negativ, karena berbagai komiditas pertanian nilai jual petani sangat tinggi," katanya.