Yogyakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian menerapkan beberapa strategi yang diharapkan dapat membantu mewujudkan industri batik Indonesia yang berwawasan lingkungan guna meningkatkan daya saing industri batik nasional serta mendukung implementasi industri hijau sektor komoditi batik.
"Strategi itu, pertama, penyusunan standar, labelisasi dan sertifikasi produk batik sebagai upaya untuk penjaminan kualitas mutu batik, seperti SNI batik, Standar Industri Hijau (SIH) batik, labelisasi batikmark dan sertifikasi produk batik," kata Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi dalam pers rilis di Yogyakarta, Sabtu.
Strategi kedua, penyediaan lembaga uji dan sertifikasi seperti laboratorium uji dan kalibrasi industri kerajinan dan batik, lembaga sertifikasi produk dan sistem manajemen mutu, lembaga sertifikasi profesi batik, lembaga sertifikasi industri hijau batik.
Ketiga, pengembangan dan pemanfaatan teknologi melalui program pelatihan kepada SDM industri, program inkubasi seperti Innovating Jogja yang merupakan program inkubasi start-up di bidang batik dan kerajinan, alih teknologi, bimbingan teknis, workshop, dan klinik konsultansi.
Kemudian keempat, inovasi riset terkait produk batik seperti pengembangan aplikasi 'Batik Analyzer', yang merupakan aplikasi pendeteksi batik dan tiruan batik, eksplorasi sumber dan teknologi proses penyediaan pewarna alami untuk batik, serta katalog warna alam digital 'Color Matching' yang diharapkan mampu membantu industri batik dalam membuat resep pewarnaan sehingga lebih cepat,mudah dan akurat.
"Kelima, pengembangan proses dan peralatan membatik hemat energi, seperti kompor listrik, canting listrik, mesin cap batik otomatis berbasis PLC (programmable logic controller) yang diharapkan dapat membantu efisiensi dan efektivitas produksi batik," katanya.
Kepala BSKJI Kemenperin juga mengatakan bahwa prinsip industri hijau atau industri berwawasan lingkungan juga bisa diterapkan di semua sektor industri, termasuk Industri skala kecil dan menengah (IKM) seperti industri batik sekalipun.
"Dengan adanya standar industri hijau untuk produk batik yang telah kami berlakukan sejak 2019, mudah-mudahan dapat membantu perajin batik dalam mengimplementasikan prinsip industri hijau dalam proses produksinya," katanya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kemenperin Titik Purwati Widowati mengatakan beberapa aksi dalam mewujudkan industri hijau di industri batik, yaitu penggunaan sumber daya terbarukan sebagai bahan baku media batik seperti serat alam, pewarna alami dan formula malam batik yang sumbernya dapat diperbaharui, misalnya sawit.
Menurut dia, dengan menggunakan malam batik berbasis sawit, maka dapat menekan importasi parafin dan secara otomatis, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) industri batik juga akan meningkat.
"Perekayasaan alat yang dapat meningkatkan produktivitas dan efektifitas produksi, serta penerapan teknologi daur ulang limbah sisa produksi seperti daur ulang sisa malam batik maupun daur ulang limbah bahan pewarna juga bisa membantu mewujudkan industri batik berwawasan lingkungan," katanya.
Berita Lainnya
Kualitas SDM industri hijau ditingkatkan wujudkan NZE
Senin, 18 Maret 2024 19:54 Wib
Indonesia-Korsel tingkatkan kualitas SDM industri
Minggu, 10 Maret 2024 8:40 Wib
industri kecil dilatih gunakan bahan baku halal untuk batik haji Indonesia
Minggu, 3 Maret 2024 5:05 Wib
Industri makanan-minuman penopang ekonomi Indonesia
Sabtu, 2 Maret 2024 20:52 Wib
Kendaraan listrik melonjak, sepeda motor naik 262 persen
Jumat, 1 Maret 2024 19:56 Wib
Perkuat sektor batik, pemda diminta manfaatkan DAK
Rabu, 14 Februari 2024 1:37 Wib
Modifikator otomotif lokal bawa inovasi ke global
Minggu, 11 Februari 2024 14:09 Wib
Kemenperin tahun 2024 targetkan sertifikasi halal 1.250 industri kecil di Indonesia
Kamis, 8 Februari 2024 5:45 Wib