Pemkot Yogyakarta targetkan pekerjaan besar wujudkan zero stunting

id Yogyakarta,stunting,anak

Pemkot Yogyakarta targetkan pekerjaan besar wujudkan zero stunting

Sejumlah lurah dan camat di Kota Yogyakarta melakukan penandatanganan komitmen untuk menurunkan kasus anak stunting di Yogyakarta, Senin (12/4/2021). (FOTO ANTARA/Eka AR)

Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki pekerjaan besar untuk memastikan seluruh anak di kota tersebut berada dalam status gizi yang baik sehingga tidak ada lagi kasus anak mengalami "stunting" (kekerdilan pada anak)  di kota tersebut.

“Semua rencana aksi sudah disusun. Yang justru penting dilakukan adalah segera melakukan aksi. Kalau tidak ada aksi nyata, maka seluruh rencana untuk mengurangi kasus anak stunting tidak akan membuahkan hasil apapun,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi dalam Rembuk Stunting di Yogyakarta, Senin.

Berdasarkan data, prevalensi kasus stunting di Kota Yogyakarta pada 2020 tercatat sebesar 14,33 persen atau 1.708 anak. Angka tersebut lebih tinggi dibanding prevalensi kasus pada tahun sebelumnya 11,3 persen. Sedangkan target dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) pada 2022 adalah 12 persen.

Meski sudah memiliki target penurunan angka stunting berdasarkan RPJMD menjadi sebesar 12 persen, namun Heroe yang juga bertindak sebagai Penanggungjawab Pelaksanaan Percepatan Penanganan Stunting Kota Yogyakarta berkeinginan agar tidak ada lagi anak yang mengalami stunting pada tahun ini.

“Tidak boleh ada anak yang diprioritaskan dalam penanganan stunting hanya karena targetnya menurunkan dua persen, sehingga yang disasar pun hanya dua persen anak. Tidak boleh seperti itu.,” katanya.

Ia menegaskan bahwa seluruh anak yang masuk dalam data stunting di Kota Yogyakarta harus masuk sebagai sasaran penanganan sehingga harapan untuk menghilangkan stunting di Kota Yogyakarta bisa segera terwujud tahun ini.

“Memang tidak mudah. Oleh karenanya, seluruh organisasi perangkat daerah di Kota Yogyakarta harus bersinergi untuk bersama-sama menangani stunting,” katanya.

Hal tersebut berkaitan dengan faktor penyebab stunting yang juga berbeda-beda, tidak hanya karena faktor kekurangan gizi pada anak tetapi juga bisa disebabkan oleh gaya hidup sejak remaja.

“Jika penyebabnya karena ekonomi keluarga, maka harus didekati dengan pemberdayaan masyarakat, atau dengan memperbaiki kualitas lingkungan jika tempat tinggal tidak mendukung, hingga edukasi apabila keluarga tidak mengerti tentang gizi seimbang,” katanya.

Sedangkan untuk alokasi anggaran penanganan stunting di Kota Yogyakarta pada tahun ini berasal dari dana alokasi khusus dengan nilai total Rp2,14 miliar.

Dinas Kesehatan menyatakan penanganan stunting di Kota Yogyakarta pada tahun ini akan difokuskan di 10 lokasi yaitu Kelurahan Keparakan, Gunungketur, Kricak, Terban, Pringgokusuman, Suryodiningratan, Prawirodirjan, Wirobrajan, Semaki, dan Rejowinangun.

“Sejumlah kegiatan yang akan dilakukan tahun ini adalah memastikan data selalu up to date dan orientasi kader serta mengajak sebanyak mungkin balita untuk datang ke posyandu supaya status gizi dan tumbuh kembangnya bisa dipantau,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani.

Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatangan komitmen bersama dari instansi teknis hingga kelurahan dan kecamatan untuk penurunan angka stunting di Yogyakarta.
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024