Peternak ayam petelur Kulon Progo mengeluhkan tingginya harga pakan

id peternak ayam,Kulon Progo,Bupati Kulon Progo

Peternak ayam petelur Kulon Progo mengeluhkan tingginya harga pakan

Peternak ayam petelur di Kulon Progo mengeluhkan tingginya harga pakan ternak. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Seorang peternak ayam petelur di Desa Bumirejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan tingginya harga pakan ternak yang tembus Rp445 ribu per sak dengan berat 50 kilogram.

Sumarsih di Kulon Progo, Rabu, mengatakan harga pakan ternak pada 2020 berkisar Rp365 ribu per sak dengan berat 50 kilogram, kemudian pada Januari 2021 naik menjadi Rp380 ribu per sak, Maret Rp410 ribu, April Rp425 per sak, sekarang sudah di atas Rp445 per sak.

Kenaikan pakan juga terjadi pada jagung yang mencapai Rp6.500 per kilogram, bekatul kualitas B Rp2.900 per kilogram, dan kualitas A di atas Rp3.500 per kilogram.

"Dampak tingginya harga pakan ternak ini, peternak tidak mendapat keuntungan. Kenaikan harga pakan ternak tidak diimbangi dengan tingginya harga jual telur. Saat ini harga jual di tingkat peternak berkisar Rp16.600 per kilogram sampai Rp18.000 per kilogram," kata Sumarsih.

Ia mengatakan harga impas telur di tingkat peternak seharusnya Rp23.000 per kilogram. Jika harga di bawah Rp20.000, peternak tidak mendapat keuntungan. Karena itu dirinya menjual ayam petelurnya sebanyak 2.000 ekor. Selain ayamnya tidak bisa bertelur akibat buruk bibit buruk dan juga harga pakan ternak tinggi.

"Kami awalnya memelihara ayam 4.000 ekor, sekarang tinggal 2.000 ekor. Kami menjual 2.000 ekor secara bertahap karena bibit ayam buruk, harga pakan tinggi tidak seimbang dengan pengeluaran," katanya.

Sumarsih juga mengeluhkan menurunnya kualitas pakan ternak pabrikan. Rendahnya kualitas pakan ternak juga menyebabkan masa bertelur mundur. Ketika kualitas pakan ternak bagus, masa bertelur ayam pada usia empat bulan, dan saat usia enam bulan, ayam sudah bertelur persen. Sekarang usia ayam lima bulan belum bertelur, dan usia enam bulan yang bertelur hanya 50 persen dari 1.000 ekor.

"Penyebabnya kualitas pakan kurang bagus. Kami berharap pemerintah bisa menstabilkan harga pakan," katanya.

Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan Pemkab Kulon Progo tidak bisa melakukan intervensi pasar. Harga telur mengikuti mekanisme pasar. "Kami minta peternak dapat bertahan dan tetap berproduksi," katanya.