Jakarta (ANTARA) - Kepala serikat dokter Jepang mengingatkan, penyelenggaraan Olimpiade Tokyo pada musim panas ini, dengan dihadiri puluhan ribu orang dari seluruh dunia, bisa menyebabkan munculnya jenis strain baru virus corona "Olimpiade."
Jepang telah berkomitmen untuk menyelenggarakan Olimpiade yang "aman dan terjamin" di Tokyo setelah penundaan selama satu tahun. Namun, Jepang sedang berjuang mengatasi gelombang keempat infeksi virus corona dan bersiap untuk memperpanjang masa darurat di sebagian wilayah di negara tersebut.
Pejabat Jepang, penyelenggara Olimpiade dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyatakan bahwa Olimpiade akan terus berlanjut, meskipun di bawah langkah-langkah pencegahan penyebaran virus yang ketat. Penonton dari luar negeri dilarang hadir, sementara keputusan untuk penonton domestik akan diumumkan bulan depan.
Meskipun langkah-langkah telah dipersiapkan, kekhawatiran mengenai masuknya atlet dan ofisial ke Jepang masih ada.
Dengan orang-orang yang berasal dari lebih dari 200 negara dan wilayah akan tiba, Olimpiade, yang akan dimulai dalam delapan pekan, menurut kepala Persatuan Dokter Jepang, Naoto Ueyama, berpotensi menyulut bahaya.
"Semua jenis mutan virus yang berbeda yang ada di tempat berbeda akan terkonsentrasi dan berkumpul di sini, di Tokyo. Kami tidak dapat menyangkal kemungkinan bahkan jenis virus baru berpotensi muncul," kata Ueyama, dikutip dari Reuters, Kamis.
"Jika situasi seperti itu muncul, itu bahkan bisa berarti jenis virus Olimpiade Tokyo dapat dinamai dengan cara ini, yang akan menjadi tragedi besar dan sesuatu yang akan menjadi sasaran kritik, bahkan selama 100 tahun."
Namun, direktur Institute of Population Health di King's College, London, Kenji Shibuya, yang baru-baru ini membantu kampanye vaksinasi di Jepang, melihat kecil potensi bahaya khusus pada Olimpiade.
"Mutasi terjadi ketika virus tetap berada pada orang yang mengalami gangguan kekebalan atau baru sebagian diimunisasi untuk jangka waktu yang lama," kata Shibuya.
"Jadi situasi saat ini di Jepang lebih berbahaya daripada (selama) Olimpiade Tokyo, menurut saya."
Keadaan darurat
Mitra resmi Olimpiade Tokyo, Asahi Shimbun, Rabu (26/5), mendesak Olimpiade dibatalkan, tetapi mantan wakil presiden IOC Dick Pound, pada hari yang sama, mengatakan bahwa Olimpiade harus dan akan dilanjutkan.
Pemerintah Jepang saat ini sedang bersiap untuk memperpanjang keadaan darurat di sebagian besar wilayah yang semula akan dicabut pada 31 Mei, kemungkinan diperpanjang hingga Juni, menurut para pejabat -- hanya beberapa pekan sebelum Olimpiade dimulai pada 23 Juli.
Namun, anggota IOC John Coates mengatakan Olimpiade dapat diadakan dalam keadaan darurat, pendapat yang menurut Ueyama menyebalkan.
"Sehubungan dengan pernyataan ini, orang-orang Jepang memang sangat marah terhadap hal ini, dan ini lebih parah lagi terjadi pada perawatan kesehatan dan profesional medis," kata Ueyama.
Awal pekan ini, Amerika Serikat mengeluarkan peringatan agar tidak melakukan perjalanan ke Jepang, tetapi penyelenggara Olimpiade mengatakan hal itu tidak akan mempengaruhi Olimpiade.
Gedung Putih mengatakan telah diyakinkan oleh pemerintah Jepang bahwa mereka akan terus melakukan kontak dekat karena kekhawatiran atas virus corona menjelang Olimpiade Tokyo.
Berita Lainnya
Fesyen Indonesia ikuti Fashion World Tokyo 2024
Kamis, 18 April 2024 4:27 Wib
Menparekraf: "Pop Up Little Tokyo" percepat bisnis otomotif
Selasa, 2 April 2024 16:23 Wib
RI promosikan budaya melalui bazar amal di Tokyo, Jepang
Kamis, 28 Maret 2024 19:54 Wib
Kecelakaan kapal tanker, enam ABK WNI tewas, satu selamat
Jumat, 22 Maret 2024 20:15 Wib
Tokyo Marathon inspirasi wisata olahraga Indonesia, ungkap Sandiaga
Rabu, 6 Maret 2024 7:54 Wib
Doping, Juara Tokyo Marathon 2017 diskors 8 tahun
Rabu, 14 Februari 2024 20:54 Wib
Putri Takamado menanam pohon sakura di Wisma Duta Tokyo
Sabtu, 3 Februari 2024 5:41 Wib
Masyarakat Jepang terpesona Tari Pelgongan Rajapatni, Bali-Majapahit
Sabtu, 3 Februari 2024 5:38 Wib